Seperti namanya, pasar tiban ini artinya pasar kaget. Pasar ini hanya buka di Minggu pagi. Rupa-rupa yang dijual lengkap dan terjangkau. Tersedia jajanan pasar macam lopis, ketan, cenil sampai kudapan sego megono, sate ayam, bubur dan pecel.
Jajan anak seperti roti, sempol dan kentang goreng pun tersedia. Di sudut jalan, perempuan muda menggelar aneka perkakas rumah tangga. Tak ketinggalan penjual buah dan sayur siap olah di sebelahnya. Pendek kata, satu ruas jalan di dusun Sidokerto pagi itu meriah dengan aktivitas jual beli.
Menariknya, semua penjual pasar tiban Sidokerto ini perempuan. Sebagian adalah para istri yang suaminya terdampak pandemi. Tidak lagi bisa bekerja seperti sebelumnya.
Pandemi mengubah banyak hal di sekeliling kita. Kehilangan adalah satu kata yang tepat menggambarkan kondisi saat ini. Kita kehilangan sahabat dan tetangga karena terserang covid-19. Perekonomian menurun. Banyak perusahaan besar terpaksa tutup. Orang-orang kehilangan pekerjaanya. Kehidupan yang aman dan nyaman jauh dari jangkauan.
Mereka yang terbiasa berkantor butuh adaptasi untuk bertahan. Banting setir mengupayakan penghasilan. Sayangnya keterampilan tidak cukup dipelajari dalam satu dua hari. Butuh waktu dan pengalaman. Padahal kebutuhan pangan dan rengekan anak-anak lapar tak bisa ditunda lebih lama.
Di sisi lain, ketahanan keluarga terus berguncang. Angka perceraian meningkat selama pandemi. Salah satunya sebab ketidakcukupan ekonomi rumah tangga. Keluarga yang digadang tangguh menjaga tiang negara kini rapuh dan keropos sebagian.