Lihat ke Halaman Asli

Yoshepina Sendra Kumala Sari

Mahasiswa Pendidikan Sejarah

Sendang Sirahan sebagai Tempat Pertunjukan Ledhek Tayub

Diperbarui: 6 Juni 2021   18:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber foto: Hasil Riset Terhadap Sendang Sirahan-dokpri)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata sendang adalah kolam/sumber air di pegunungan dan sebagainya yang airnya berasal dari mata air yang ada di dalamnya, biasanya dipakai untuk mandi dan mencuci, airnya jernih karena mengalir terus. Salah satu sendang yaitu sendang Sirahan, dimana sendang ini terletak di dukuh Sirahan Rt 03/Rw 07, Kelurahan Pundungrejo, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo, Solo. Sendang ini dianggap para warga sebagai tempat suci dan sakral. 

Dimana sendang ini juga sangat begitu penting terhadap berlangsungnya kehidupan masyarakat dukuh Sirahan. Sebelum membahas sendangnya, alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai asal usul dukuh Sirahan. 

Arti kata Sirahan dalam bahasa Jawa yaitu Sirah, atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai kepala. Asal usul nama dukuh Sirahan berawal dari adanya peperangan antara Bandung Bondowoso dengan Prabu Boko. Terjadinya peperangan ini diawali karena Prabu Boko sebagai raja ingin memperluas wilayah kerajaannya dan merebut kerajaan Bandung Bondowoso. Tetapi dalam pertempuran Prabu Boko berhasil dikalahkan oleh Bandung Bondowoso. Lalu kepala sang prabu dibuang jauh ke hutan belantara, di mana sekarang telah menjadi desa yang bernama Sirahan. 

Di dalam desa tersebut terdapat suatu Sendang. Sendang ini berfungsi sebagai tempat pemandian, sumber air minum, dan tempat penyelenggaraan tradisi kebudayaan setempat. Menurut salah seorang sumber yang saya wawancarai bernama Harso (81th), beliau mengatakan bahwa "Sendang tersebut merupakan peninggalan dari masa hindu-buddha. 

Pada awalnya hanya terdapat dua Sendang yaitu Sendang untuk minum dan Sendang untuk mandi para wanita. Di dalam sedang minum tersebut terdapat sebuah patung tanpa kepala yang konon katanya, sebagai penggambaran sang prabu Boko. Zaman dahulu yang diperbolehkan mandi di sendang hanya para wanita, kemungkinan para pria mandi di tepi sungai. Lalu pada zaman kolonial Belanda, dibangunlah satu sendang lagi untuk para pria. Tujuan pembangunan ini adalah untuk peninggalan dari Belanda". (Rabu, 26 Mei 2021). Berikut akan saya tampilkan gambar dari sendang yang berada di Sirahan.

Dokpri


Saat itu saya melakukan observasi langsung ke Sendang tersebut, dapat saya gambarkan suasana disana seperti menyimpan banyak mistis, sejuk, tenang, dan airnya sangat jernih serta segar. Tetapi kebersihan lingkungan sekitar Sendang kurang terjaga, dimana masih banyak sampah dedaunan yang mengotori Sendang tersebut. 

Untuk Sendang air minum, ada larangan khusus untuk tidak membasahi sekitar Sendang. Jadi ketika kita menimba air di Sendang tersebut, dan ingin mencuci tangan/kaki, maka saat menuangkan air tidak boleh langsung ditempat melainkan diluar Sendang. Hal ini demikian, menurut analisis saya mungkin karena Sendang itu dianggap suci dan dijaga kebersihannya. 

Dan pada gambar dapat dilihat terdapat bekas taburan bunga dan pembakaran dupa. Hal ini menunjukkan bahwa warga sekitar masih melakukan ritual mendoakan sang prabu dengan membakar dupa, demi melestarikan kebudayaan dan menjaga keamanan desa tersebut. Berkaitan dengan menjaga keamanan desa, para warga melakukan tradisi bersih desa dengan maksud agar terhindar dari berbagai bencana ataupun penyakit. Salah satu tradisi bersih desa yang tetap dilakukan hingga sekarang ialah pertunjukan ledhek/tayub. 

Dimana telah diyakini dengan melakukan tradisi bersih desa maka desa akan aman dari segala hal, dan jika tidak dilaksanakan desa tersebut akan mendapatkan suatu musibah. Pertunjukan tayub ini dilakukan di Sendang karena dianggap sebagai pusat dari desa tersebut dan tempat suci. Sehingga ketika pertunjukan ledek tayub dilakukan para warga berkumpul di Sendang tersebut. Di Sendang tersebut dibangun sebuah aula kecil atau pendopo sebagai tempat menarinya para ledhek, dan gamelan yang mengiringinya. 

Dokpri

Berdasarkan hasil wawancara saya dengan seorang narasumber bernama Dwiyanto (40 th), mengatakan bahwa "Tujuan dilaksanakannya pertunjukan tayub ini tidak hanya untuk tradisi bersih desa melainkan juga melestarikan kebudayaan Jawa atau nguri-nguri kabudayan Jawa (bahasa Jawa). Untuk tempat dan waktu pelaksanaannya wajib dilakukan di Sendang Sirahan dan setahun sekali tepatnya pada hari Jumat Kliwon bulan Agustus atau bisa disebut dengan rasulan. Dan tahun ini akan tetap dilaksanakan tepatnya pada bulan Agustus pada hari Jumat Kliwon, dengan tetap memenuhi protokol kesehatan. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline