Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Tari Legong, dari Adaptasi ke Adaptasi

Diperbarui: 8 November 2024   07:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Kompas.com)

Selain mempunyai aneka destinasi wisata populer, yang bahkan sudah mendunia, Bali juga mempunyai tarian daerah yang cukup terkenal, seperti tari kecak dan tari legong. Tari kecak bahkan sudah menjadi salah satu ikon pariwisata Bali, yang sudah terkenal di mancanegara.

Hanya saja, diantara beragam tarian Bali, Erawati (2020) menyebut, tari legong dianggap sebagai pembentuk jati diri tari Bali, karena diposisikan sebagai pijakan dasar dalam mempelajari tari Bali.

Bagi masyarakat Bali, tari Bali diidentikkan dengan tari legong. Berangkat dari sinilah, muncul ungkapan "menonton tari legong sama artinya dengan menonton tari Bali".

Sepintas, sebutan ini terdengar berlebihan, tetapi jejak perjalanan dan perkembangan tari legong menunjukkan, sebutan ini ada benarnya. Berbeda dengan tari kecak yang "berkelana" sampai ke mancanegara, tari legong justru "mengakar" di Bali.

Tarian yang mulai berkembang di abad ke 19 ini mengambil namanya dari dua kosakata bahasa Bali, yakni kata "leg" yang dalam bahasa Indonesia berarti luwes atau lentur, dan kata "gong" yang berarti gamelan.

Jadi, secara etimologis, atau berdasarkan asal katanya, legong berarti gerakan luwes yang ritmenya bersinergi harmonis dengan iringan instrumen musik gamelan Bali.

Sesuai asal katanya, Sudewi et.al (2019) menyebut, tarian yang disebut juga legong keraton ini mengusung konsep perpaduan estetika bentuk dan struktur, yang secara
keseluruhan disebut seni palegongan.

Satu ciri khas konsep ini adalah adanya dua penari putri berbusana kembar. Selain itu, seluruh rangkaian gerak tari mengolah dan menggunakan properti kipas.

Sesuai namanya, tari legong keraton awalnya hanya dipentaskan secara eksklusif di keraton atau istana. Pentas khusus ini biasanya digelar dalam rangka acara pertunjukan seni kerajaan atau ritual keagamaan.

Seiring berakhirnya era kerajaan di Bali, era kolonial, dan terus berlanjut sampai era globalisasi, sisi eksklusif ini lalu berubah menjadi inklusif. Erawati (2021) menyebut,tari legong berkembang
menjadi seni hiburan di ruang publik, yang dapat dinikmati masyarakat luas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline