Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Bayang-bayang "Dejavu" Mbappe dan Real Madrid

Diperbarui: 7 November 2024   11:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyerang Real Madrid Kylian Mbappe bereaksi setelah FC Barcelona mencetak gol pada pertandingan Liga Spanyol antara Real Madrid vs Barcelona di Stadion Santiago Bernabeu di Madrid pada 26 Oktober 2024. (Foto oleh Pierre-Philippe MARCOU / AFP via KOMPAS.com)

Pada awal musim 2024-2025, Real Madrid membuat lini depan mereka terlihat mewah, setelah mendatangkan Kylian Mbappe secara gratis dari PSG. Dengan demikian, lengkap sudah kuartet Mbappe, Vinicius, Rodrygo, dan Jude Bellingham.

Jika ini permainan di konsol atau laptop, lini depan Los Blancos akan terlihat menyeramkan. Ada empat pemain bintang dengan kemampuan dan kecepatan di atas rata-rata, yang masih bisa lebih berkembang.

Masalahnya, sepak bola di dunia nyata bukan sebatas urusan data statistik atribut. Ada ego khas pemain bintang, yang harus bisa diredam, dan ada ekspektasi tinggi suporter yang rutin ada tiap musim.

Di Real Madrid, situasi ini sebenarnya sudah biasa. Tim raksasa Spanyol ini sudah terbiasa dengan keberadaan pemain bintang kelas satu. Apalagi, mereka masih dilatih Carlo Ancelotti, pelatih berpengalaman yang kenyang prestasi di level top Eropa.

Dengan keberhasilan Si Putih mengawinkan gelar La Liga Spanyol dan Liga Champions musim 2023-2024, kedatangan Mbappe seharusnya bisa membuat Los Merengues semakin kuat, karena tim yang sebenarnya sudah cukup mewah, mendapat tambahan seorang pemain top.

Itu logika sederhananya, apalagi yang datang ini adalah top skor Piala Dunia 2022, yang juga sempat mencetak tiga gol di partai puncak.

Pada masa lalu, El Real juga pernah kedatangan Ronaldo, top skor Piala Dunia 2002, yang mencetak dua gol di partai final. Dengan kedatangan Si Fenomena, tim berhasil meraih juara liga di musim 2002-2003, dan melangkah jauh di Liga Champions.

Masalahnya, di balik kemewahan yang hadir, ada keseimbangan yang harus dikorbankan. Apa boleh buat, tim yang tadinya sulit dibendung, akhirnya malah terlihat kacau balau.

Pada era Ronaldo dkk, alias Los Galacticos generasi pertama, situasi ini terlihat pada periode puasa gelar antara tahun 2003-2006. Ditandai dengan kedatangan David Beckham dan kepergian Claude Makelele, materi mewah tim ibukota Spanyol akhirnya hanya sukses di sektor bisnis, karena ketidakseimbangan membuat performa tim jauh dari harapan.

Situasi sulit di era 2000-an itu bisa kembali terjadi di era kekinian, karena kedatangan Mbappe justru berdampak negatif pada performa tim, khususnya di lini serang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline