Judul di atas mungkin terdengar paradoksal, tapi menjadi gambaran simpel yang cukup menggambarkan bagaimana wajah Liverpool bersama Arne Slot. Seperti diketahui, Liverpool sedang memulai era Baru setelah ditinggal Juergen Klopp akhir musim 2023-2024 lalu.
Slot, yang didatangkan dari Feyenoord Rotterdam sebenarnya adalah kandidat pelatih alternatif, selain Xabi Alonso (Bayer Leverkusen) dan Ruben Amorim (Sporting Lisbon).
Tapi, dirinya mampu menciptakan awalan impresif, dengan mencatat 9 kemenangan di 10 pertandingan kompetitif pertamanya di Liverpool, termasuk kemenangan 1-0 atas Crystal Palace, Sabtu (5/10) berkat gol tunggal Diogo Jota.
Berkat performa ini, Si Merah masih melaju di Carabao Cup, duduk di puncak klasemen sementara Liga Inggris, dan bersaing di babak penyisihan Liga Champions.
Uniknya, pelatih berkepala plontos ini hanya mendatangkan satu pemain baru, yakni Federico Chiesa (dari Juventus) dengan harga 12,5 juta pounds. Selebihnya, hanya memanfaatkan tim warisan Juergen Klopp.
Untuk ukuran pelatih baru di sebuah klub besar dan liga top Eropa, ini termasuk "sederhana". Tidak seperti Erik Ten Hag, sesama pelatih asal Belanda, yang tiap tahun rutin belanja ratusan juta pounds sejak melatih Manchester United.
Tapi, di balik kesederhanaan itu, ada satu kompleksitas, yang mampu membuat The Kop terlihat berbeda. Tidak ada lagi kengototan khas sepak bola "heavymetal" seperti di era Juergen Klopp.
Liverpool versi Arne Slot bermain lebih terstruktur, lengkap dengan improvisasi dan perubahan taktik saat dibutuhkan.
Karena itulah, Mohamed Salah dkk kadang bisa menang dengan bermain cantik, seperti saat membantai Manchester United 3-0 di Old Trafford, dan kadang mencatat "ugly win" seperti saat mengalahkan Crystal Palace 1-0.
Di sini, Slot tampaknya sudah cukup banyak belajar dari kekalahan 0-1 dari Nottingham Forest. Tidak selamanya rencana taktik utama bisa berjalan secara ideal, dan jika itu terjadi, main jelek sekalipun tidak masalah, yang penting bisa cetak gol dan menang.