Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Satu Poin Sarat Makna

Diperbarui: 11 September 2024   10:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Kompas.com)

Tanpa gol, satu poin (lagi) tapi terasa spesial. Begitulah gambaran situasi duel Timnas Indonesia versus Australia di Gelora Bung Karno, Selasa (10/9). Hasil ini menandai start positif Timnas Indonesia di babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.

Secara luar biasa, Tim Garuda kembali mampu membendung dominasi salah satu tim terkuat di Asia di lapangan hijau. Sebelumnya, satu poin juga diraih saat mencuri bermain imbang 1-1 di Arab Saudi, yang juga termasuk salah satu tim terkuat di Asia.

Kalau melihat bagaimana perjalanan tim asuhan Shin Tae-yong, ini menjadi satu kemajuan lain yang sekaligus membuktikan, seberapa ampuh efek kedatangan pemain diaspora Indonesia dalam tim.

Efeknya pun terbukti mampu menghadirkan sejumlah "missing link" yang selama bertahun-tahun membuat tim-tim di Asia Tenggara mati kutu di level Asia, yakni keterampilan, kecerdasan, keuletan, dan kemampuan bermain secara kolektif.

Meski kesulitan menembus pertahanan solid Soceroos, apalagi membuat peluang mencetak gol, Jay Idzes dkk mampu bertahan hingga akhir. Kalaupun ada yang lolos, itu masih bisa dibendung Maarten Paes, yang sekali lagi tampil solid di bawah mistar gawang.

Satu hal yang membuat hasil imbang 0-0 melawan Australia terasa spesial adalah, Timnas Indonesia punya tujuan jelas yang ingin diraih, dan rencana terstruktur untuk mewujudkannya.

Idenya sederhana: berusaha mencetak gol cepat, lalu bertahan sambil "bergerilya" lewat serangan balik. Kalau ternyata tak bisa menang, minimal tidak kalah.

Skenario rencana jenis ini sebenarnya klise, tapi menjadi spesial, karena Timnas Indonesia yang biasanya cenderung serampangan dan sporadis bisa "bermain dengan tujuan" , bahkan punya rencana cadangan.

Jelas, kemajuan yang ada kini tidak hanya menyangkut performa atau hasil akhir di lapangan, tapi juga soal cara berpikir, karena tim ini sudah mulai terbiasa berpikir taktis.

Bayangkan saja, tim yang dulu terkenal rawan kena provokasi kini mulai berani memprovokasi lawan. Ada keberanian untuk bertanding, meski tim lawan diatas kertas lebih kuat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline