Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Timnas Indonesia dan Peluang "Dominasi" Pemain Diaspora

Diperbarui: 10 September 2024   11:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aksi Maarten Paes saat memblok tendangan penalti pemain Arab Saudi (Kompas.com)

Sejak PSSI dipimpin Erick Thohir, pemain diaspora datang satu demi satu, dengan sebagian besar berasal dari Belanda. Sebenarnya ini bukan pertama kali, tapi baru kali ini dilakukan dengan sangat terencana.

Lebih jauh, ada kriteria standar kualitas dan rentang usia yang relatif konsisten, sehingga dampak yang dihasilkan bisa langsung terlihat, seperti stamina yang tangguh, keterampilan teknik yang selayaknya pemain bola profesional, dan mental yang siap bertanding di lapangan.

Levelnya jelas berada di atas rata-rata pemain Liga Indonesia. Terbukti, tim raksasa Asia macam Arab Saudi mampu ditahan imbang 1-1 di laga pembuka babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.

Dalam laga ini, pemain diaspora Indonesia juga bersinar. Jay Idzes solid di lini belakang, Maarten Paes tangguh di bawah mistar, dan Ragnar Oratmangoen mencetak gol.

Perbedaan level ini semakin terlihat mencolok, karena satu poin itu didapat di Arab Saudi, bukan di rumah sendiri. Sesuatu yang belum pernah dicapai Timnas Indonesia sebelumnya, khususnya di era modern.

Tentu saja, ini menjadi satu hasil yang tak terbayangkan, tapi sudah cukup menggambarkan, PSSI era Erick Thohir lebih realistis, karena butuh waktu paling cepat 10-15 tahun untuk menata sistem pembinaan pemain muda di Indonesia, dan butuh waktu lebih lama lagi untuk membuatnya bisa mencetak pemain kelas satu secara rutin.

Maka, ketika pemain diaspora Indonesia berkualitas "kelas A" datang satu demi satu, dan menaikkan level performa Tim Merah Putih, ini bisa dilihat sebagai solusi instan sekaligus strategi memanfaatkan gap waktu paling cepat 10-15 tahun. Dengan catatan, pembenahan di dalam negeri benar-benar dilakukan.

Pemain diaspora sendiri adalah satu potensi nyata yang paling bisa digarap. Mereka bahkan dibentuk dari sistem pembinaan pemain yang sudah rapi.

Selama standar kualitas oke dan punya garis keturunan Indonesia, semua bisa diatur. Apalagi, FIFA juga mengizinkan pemain diaspora berganti paspor, sepanjang belum pernah membela tim nasional senior dan punya garis keturunan maksimal dari generasi kakek nenek di tim negara tujuan.

Dengan potensi nyata sebesar ini, ditambah peningkatan performa yang sudah terbukti ada, rasanya tinggal tunggu waktu saja untuk kita semua melihat, komposisi starter Tim Garuda sepenuhnya berisi pemain diaspora Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline