Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Austria, Sensasi Instan Euro 2024

Diperbarui: 4 Juli 2024   07:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Christoph Baumgartner dari Austria merayakan bersama Pelatih Kepala Austria Ralf Rangnick (21/6/2024) | AP PHOTO/PETR JOSEK via KOMPAS

Dalam sebuah turnamen mayor antarnegara, termasuk Piala Eropa, kadang ada tim nonunggulan yang mampu menciptakan sensasi. Ada yang akhirnya jadi juara, seperti Denmark (1992) atau Yunani (2004) dan ada yang tidak.

Di Piala Eropa edisi 2024, sebenarnya ada beberapa tim yang mampu menciptakan sensasi. Georgia langsung lolos ke babak gugur di debutnya, Swiss mampu menahan imbang Jerman dan mengalahkan Italia, dan Turki mampu melaju ke perempatfinal.

Tapi, diantara sensasi hebat itu, sebenarnya ada Austria yang diluar dugaan mampu menjadi juara di fase grup, mengungguli Prancis, Belanda dan Polandia. Tiga tim yang diatas kertas lebih berpengalaman.

Terlepas dari performa kurang optimal ketiganya, tim asuhan Ralf Rangnick ini menjadi sensasi tersendiri, karena menampilkan gaya main agresif bertempo tinggi, yang cukup enak ditonton.

Hasilnya, Prancis dibuat keteteran, dan beruntung karena "tertolong" gol bunuh diri Maximilian Wober. Polandia dipaksa angkat koper, dan Belanda mampu ditekuk 2-3.

Dengan performa seperti ini, wajar kalau Marcel Sabitzer dkk lalu dipandang sebagai tim kuda hitam. Dengan sistem "gegenpressing" yang diterapkan sang pelatih, mereka terlihat sebagai satu tim yang tangguh.

Sebelum menciptakan sensasi di Jerman, Das Team sebenarnya sudah lebih dulu membangun konsistensi performa di fase kualifikasi, dengan mengungguli Swedia dan bersaing ketat dengan Belgia. Jadi, mereka sudah terbiasa dengan tekanan dan situasi persaingan di babak fase grup.

Jadi, kejutan yang ditampilkan Austria di fase grup Euro 2024 pada dasarnya bukan sebuah kejutan, karena mereka sudah menyiapkan diri sejak jauh hari. Tepatnya, sejak Ralf Rangnick mulai melatih di sana sejak 2022.

Masalahnya, mentalitas yang sudah terbentuk ini hanya efektif di fase kualifikasi dan fase grup turnamen, karena hasil negatif di satu pertandingan masih bisa diperbaiki di pertandingan berikutnya.

Tentu saja, ini sangat berbeda dengan situasi dan tekanan di fase gugur. Di fase gugur, hanya ada satu pertandingan. Tidak ada kesempatan kedua, dan detail kecil bisa menentukan hasil akhir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline