Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Kompany, antara Keputusan Panik dan Strategi "Copy-Paste" Bayern Munich

Diperbarui: 27 Mei 2024   07:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Vincent Kompany. (AFP/GLYN KIRK via Kompas.id)

Setelah melalui berbagai spekulasi, ditambah penolakan dari kandidat ke kandidat, Bayern Munich akhirnya menunjuk Vincent Kompany sebagai pelatih baru tim untuk musim 2024-2025. Pelatih asal Belgia ini diikat kontrak selama 3 tahun, setelah didatangkan dari Burnley.

Kalau melihat profilnya sebagai pelatih, sebenarnya ini keputusan yang tidak biasa. Terlepas dari filosofi sepak bola menyerang yang dianutnya, Kompany masih minim pengalaman dan prestasi sebagai pelatih. Bayern juga bukan tim yang berani merekrut pelatih muda berprofil seperti ini.

Memang, sebelum Kompany, The Bavarians pernah merekrut Julian Nagelsmann pada tahun 2021. Tapi, pelatih kelahiran tahun 1987 ini datang setelah mengantar Hoffenheim tampil di Liga Champions, dan membawa RB Leipzig lolos ke semifinal Liga Champions dan final DFB Pokal.

Dengan kata lain, Nagelsmann sudah punya modal pengalaman dan kapabilitas oke, dengan membawa timnya ke papan atas Bundesliga, plus babak akhir kompetisi antarklub Eropa dan piala domestik. Inilah yang belum dimiliki Kompany, dalam karier kepelatihannya.

Meski mampu membawa The Clarets promosi ke kasta tertinggi Liga Inggris, sebagai juara Championship Division musim 2022-2023, dengan meraih 101 poin, Kompany ini langsung terdegradasi di musim 2023-2024, setelah hanya meraih 24 poin.

Jelas, untuk ukuran pelatih, eks kapten Manchester City ini masih dalam tahap membangun konsistensi di kompetisi level atas. Jadi, kepindahannya ke Bayern adalah satu lompatan sangat besar.

Sebelum mencicipi kerasnya Liga Inggris, pengalaman melatihnya hanya di Anderlecht (Belgia) antara tahun 2019-2022. Mengawali karier kepelatihan sebagai pemain-pelatih di klub masa mudanya, Kompany mampu membawa klub ibu kota Belgia itu ke final Piala Belgia, juara ketiga di liga domestik, dan babak akhir Kualifikasi Europa Conference League.

Sebenarnya, ini bukan awalan yang jelek, karena klub tersukses di Liga Belgia (34 kali juara) memang sedang dalam masa paceklik prestasi sejak tahun 2017. Masalahnya, belum sempat membangun prestasi lebih jauh, kesempatan melatih Burnley keburu datang dan disambarnya.

Memang, ada potensi menarik, karena karier melatihnya langsung dimulai di level tim senior sejak berusia 33 tahun. Jadi, ia memang sudah terbiasa melatih tim senior.

Ditambah lagi eks kapten Timnas Belgia ini pernah dilatih Pep Guardiola di Manchester City antara tahun 2016-2019. Pengalaman sebagai "murid" salah satu pelatih top terbukti menjadi satu modal berharga dalam merintis karier kepelatihan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline