Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Timnas U-23 dan Ironi Sebuah Prestasi

Diperbarui: 5 Mei 2024   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Kompas.com)

Berakhirnya kiprah Timnas U-23 di Piala AFC U23 menghadirkan secuil harapan, karena kesempatan mengejar tiket Olimpiade 2024 masih ada. Meski harus menghadapi Guinea, kesempatan itu masih bisa diperjuangkan.

Tapi, aksi Tim Garuda Muda di Qatar meninggalkan sebuah ironi yang terdengar agak konyol. Disebut demikian, karena ini adalah satu kesuksesan yang justru dipandang sebagian pihak sebagai satu kegagalan.

Secara performa, tim asuhan Shin Tae-yong ini bisa dibilang sukses, karena langsung mencapai semifinal sebagai debutan. Capaian ini bahkan melebihi target awal PSSI, yakni lolos dari fase grup, alias mencapai babak perempat final.

Prosesnya pun terbilang istimewa, karena Ernando Ari dkk mampu bangkit dari kekalahan melawan Qatar, dengan mengalahkan Australia dan Jordania di fase grup, sebelum mengalahkan Korea Selatan lewat adu penalti di babak perempat final.

Kesuksesan ini juga diakui PSSI secara terbuka, dengan memberi pelatih Shin Tae-yong perpanjangan kontrak sampai tahun 2027. Sebelumnya, pelatih asal Korea Selatan itu sudah berhasil membawa Timnas Indonesia senior lolos dari fase grup Piala Asia 2023, untuk pertama kalinya sepanjang sejarah.

PSSI (lewat sokongan dana sejumlah pengusaha nasional) juga memberi bonus mencapai puluhan miliar rupiah untuk Timnas U-23. Kalau ini sebuah kegagalan, tak mungkin ada bonus begitu besar buat tim.

Secara performa tim, Timnas U-23 juga sudah menunjukkan kemajuan pesat. Tim U-23 yang biasanya hanya bersaing di level Asia Tenggara, sudah bisa mencatat kejutan di level Asia. Sebuah fondasi yang (seharusnya) bisa menjadi modal untuk progres lebih lanjut.

Sayang, kesuksesan ini dianggap kegagalan oleh sebagian pihak, karena Timnas U-23 tidak menjadi juara. Padahal, tim ini memang belum cukup kapabel untuk itu.

Di era modern, bahkan kalau ditarik mundur ke 30-40 tahun terakhir, Timnas Indonesia (di berbagai kelompok umur) tidak pernah mencapai babak semifinal Piala Asia, apalagi juara.

Jadi, kalau kita lalu mendengar banyak prediksi rasa ekspektasi, ini malah bisa merusak progres yang sudah ada, dan melupakan proses yang seharusnya masih berjalan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline