Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

City, Chelsea, dan Harga Mahal Sebuah Kemewahan

Diperbarui: 30 Maret 2024   06:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Momen saat Manchester City berhasil menjadi juara Liga Champions musim 2022/23 setelah menang lawan Chelsea, Minggu (21/5/2023). FOTO: AP/JON SUPER via KOMPAS.id

Dalam dua dekade terakhir, Manchester City dan Chelsea telah menghadirkan satu alur cerita yang mengubah lanskap sepak bola Eropa. Keduanya sama-sama pernah terjerat masalah keuangan serius, dan menjadi klub yang tak lagi sama, setelah sama-sama dibeli taipan tajir.

Chelsea yang menikmati kejayaan bersama Roman Abramovich (2003-2022) bisa dibilang menjadi "pengubah tatanan" paling awal di Inggris dan Eropa, karena berani belanja jor-joran. Berkat sokongan dana melimpah dari juragan minyak asal Rusia itu, mereka leluasa belanja pemain bintang atau mendatangkan pelatih top tanpa pikir panjang.

Secara prestasi, hasilnya memang luar biasa. Semua trofi yang bisa diraih, termasuk 2 trofi Liga Champions dan 2 trofi Liga Europa mampu diamankan di era "The Roman Emperor".

Sayangnya, era keemasan ini terpaksa harus berakhir, akibat imbas konflik Rusia versus Ukraina. Kepemilikan klub lalu beralih ke tangan Todd Boehly (pebisnis Amerika Serikat) dan kolega, yang membuat klub asal kota London ini menjalani satu periode transisi penuh turbulensi, meski sudah menggelontorkan dana transfer lebih dari 1 miliar pounds sejak musim panas 2022.

Cerita sejenis, dalam versi lebih ekstrem juga hadir di sudut lain Inggris, tepatnya di kota Manchester, ketika Sheikh Mansour (Uni Emirat Arab) mengakuisisi Manchester City tahun 2008.

Saya menyebutnya sejenis, karena dampak yang dihasilkan secara prestasi dan daya beli pemain kurang lebih sama. Begitu juga dengan sokongan "uang minyak" yang melimpah.

(Thesun.co.uk)

Titik puncak prestasi Manchester City hadir di musim 2022-2023, saat tim asuhan Pep Guardiola mengawinkan titel Liga Inggris, Liga Champions, dan Piala FA.

Tapi, situasi di Manchester City terbilang lebih ekstrem, karena sosok bos yang terlibat di Etihad Stadium bukan sebatas "oligarki" atau "orang dekat" petinggi suatu negara, tapi "orang dalam" sekaligus bagian dari struktur kekuasaan suatu negara itu sendiri, karena merupakan anggota keluarga penguasa.

Seperti diketahui, Sheikh Mansour saat ini menjabat sebagai Wakil Presiden merangkap Wakil Perdana Menteri Uni Emirat Arab. Selain itu, dirinya juga menjadi bos Bank Sentral Uni Emirat Arab dan ADNOC (Pertamina-nya Uni Emirat Arab).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline