Ide awal tulisan ini datang dari satu obrolan dengan seorang Kompasianer, ditambah postingan dan suara di kolom komentar dari beberapa Kompasianer, soal peraih K-Rewards bulan Oktober 2023.
Dalam obrolan ini, kami sama-sama dibuat heran, karena ada seorang Kompasianer yang sudah menulis lebih dari 200 artikel, hanya dalam waktu kurang dari sebulan, dan tercatat mendapat K-Rewards terbanyak di bulan Oktober 2023.
Kalau melihat frekuensi dan catatan statistiknya, capaian ini jelas luar biasa. Ternyata, ada juga penulis yang kuat menulis 10 artikel atau lebih dalam sehari, tanpa menggunakan teknik "split" atau membagi satu tulisan panjang menjadi beberapa bagian, misalnya Bagian 1, Bagian 2, dst.
Sedikit pengetahuan soal teknik "split" ini dulu saya dapat dari seorang Kompasianer senior, yang kebetulan memang pernah berkecimpung di industri media. Secara aplikatif, teknik ini pernah saya gunakan pada beberapa tulisan panjang saya di Kompasiana, yang saya posting ulang di sebuah platform "news aggregator".
Biasanya, saya memposting dulu tulisan tersebut di Kompasiana, baru diposting di laman "news aggregator" tersebut. Dengan demikian, saya bisa mengatur "stamina menulis" supaya tak cepat habis, khususnya di periode sibuk.
Dalam perjalanannya, frekuensi menulis saya di sana malah berhenti sama sekali, segera setelah upah pertama (dan satu-satunya) cair.
Penyebabnya, segera setelah itu, saya harus berangkat kerja ke Jakarta, dan hanya sempat menulis sesekali di Kompasiana.
Belakangan, platform "news aggregator" itu sendiri tutup buku di sepertiga akhir tahun 2020, saat pandemi menyerang.
Uniknya, perjalanan waktu justru membuktikan, menulis di Kompasiana menjadi satu hal yang masih awet bagi saya. Selain karena moderasinya tidak ribet, Kompasiana juga menghadirkan ruang interaksi organik, baik dengan admin atau sesama Kompasianer, entah di media sosial atau secara langsung.
Bagi saya pribadi, semua hal ini sudah memberi rasa nyaman seperti di rumah sendiri. Jadi, mau dapat K-Rewards atau tidak, saya tidak peduli. Saya malah jauh lebih takut kalau tulisan saya kena semprit akibat melanggar aturan.