Foto di atas adalah hasil jepretan Kompasianer Tamita Wibisono, ketika saya digendong Agan Andri Mastiyanto, di Museum Bank Indonesia, Jakarta, 25 Oktober 2019. Waktu itu, saya mengikuti syukuran ulang tahun ke 11 Kompasiana. Satu momen pengantar menuju Kompasianival di bulan berikutnya.
Sebagai seorang yang (waktu itu) masih minim pengalaman ikut event offline di Kompasiana, momen ini jadi satu kejutan unik tersendiri buat saya.
Tak tanggung-tanggung, saya berkesempatan langsung ikut acara kopi darat Kompasiana di "pusat", justru saat intensitas menulis saya sedang turun drastis, karena lumayan sibuk menjadi pekerja kantoran di Jakarta.
Acaranya sendiri lumayan seru, karena ada diskusi yang disambung tur keliling museum dan foto bersama. Bonusnya, saya bertemu banyak Kompasianer senior, termasuk Agan Andrie, yang tahun 2022 terpilih sebagai Kompasianer Of The Year.
Mungkin, ini terlihat sederhana, tapi seiring berjalannya waktu, momen "digendong" ini ternyata menjadi satu memori kolektif, yang masih diingat.
Sebenarnya, momen ini terjadi ketika Agan Andrie menawarkan bantuan untuk menggendong saya di tangga pintu keluar museum. Awalnya, saya keberatan, karena merasa tinggal sedikit lagi selesai, tapi karena terus diyakinkan semuanya, saya menerima saja.
Bantuan ini sangat menolong, karena saya jadi masih punya cukup sisa tenaga, untuk bersabar menunggu ojol di tengah kemacetan, dan melanjutkan perjalanan ke kediaman Pakde saya di daerah Meruya, Jakarta Barat, yang ternyata memakan waktu kurang lebih satu jam.
Satu hal yang tak disangka, ternyata momen ini diabadikan dalam jepretan foto oleh Kompasianer Tamita Wibisono, dan menjadi satu memori yang muncul, setiap kali momen ulang tahun Kompasiana datang.
Bagi sebagian orang, momen "digendong" ini mungkin terlihat memalukan dan terkesan lemah, tapi justru disinilah sebuah kekuatan bernama "kebersamaan" muncul dan melekat sebagai satu memori kolektif bagi kami yang terlibat.
Bagi saya pribadi, momen ini jadi satu alasan sempurna untuk tetap betah di Kompasiana. Sejak tulisan pertama hingga berbagai momen kopi darat, saya sudah diterima dengan sangat baik, terlepas dari kondisi fisik saya yang kurang (jika memakai kacamata orang normal).