Mulai berkembang. Begitulah pendapat saya tentang performa Liverpool, kala menghadapi Everton di Liga Inggris, Sabtu (21/10).
Dalam laga bertajuk Derby Merseyside ini, Si Merah sebenarnya mampu mendominasi permainan di Stadion Anfield dan membuat banyak peluang. Hanya saja, pertahanan rapat Everton dan penampilan oke kiper Jordan Pickford membuat situasi sempat buntu.
Situasi tetap tak banyak berubah, bahkan saat The Toffees kehilangan Ashley Young yang dikartu merah akibat mendapat dua kartu kuning. Liverpool seperti membentur tembok tebal.
Tapi, sekuat-kuatnya sebuah benteng, suatu saat akan jebol juga. Malang bagi Everton tak dapat ditolak, ketika VAR dan wasit mendapati Michael Keane melakukan handball di kotak terlarang pada menit ke 75.
Meski Pickford sudah menyiapkan catatan "contekan" arah tembakan penalti Mohamed Salah di botol minumannya, kiper Timnas Inggris itu tetap kebobolan, setelah Si Raja Mesir sukses mengecohnya mentah-mentah.
Setelahnya, Everton dipaksa keluar menyerang, tapi tim asuhan Sean Dyche sulit menembus pertahanan tim tuan rumah. Malah, mereka kembali kebobolan, setelah Darwin Nunez mampu mengirim assist yang dituntaskan Mohamed Salah menjadi gol penutup di masa injury time.
Jika melihat skornya, tim asuhan Juergen Klopp memang menang 2-0, selisih gol yang cukup sering mereka dapat musim 2023-2024 ini. Bonusnya, gawang tim kali ini tak kebobolan.
Tapi, ada satu perkembangan menarik, dari penampilan mereka di lapangan, khususnya dalam posisi menguasai permainan.
Seperti diketahui, sebagai tim yang biasa dikenal sebagai "spesialis serangan balik cepat", daya serang tim kesayangan kopites ini memang cukup mematikan saat lawan memegang kendali.
Hanya saja, kelebihan ini kerap sepaket dengan satu kelemahan, yakni kerap buntu saat menguasai permainan dan rawan diserang balik lawan yang bertahan dengan rapat.