Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Koteka Trip Bersama KJOG, Sebuah Paket Kejutan

Diperbarui: 25 Agustus 2023   10:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Bersama GKR Bendara di Museum Wahanarata (Dok. KJOG & KOTEKA)

"Dari SMA mana, Mas?"

Begitulah pertanyaan yang pertama kali muncul dari guide, setibanya saya di dekat loket masuk wisata Keraton Yogyakarta, Rabu (23/8) lalu. Ternyata "the power of muka klimis" masih mampu memberi saya sedikit diskon umur.

Ketika itu, waktu sedang beranjak mendekati setengah jam selepas pukul 8 pagi. Di loket, sudah mengantri beberapa rombongan wisatawan domestik maupun mancanegara, yang akan melakukan tur wisata di Keraton Yogyakarta.

Meski bukan pertama kalinya menerima pertanyaan seperti itu, entah kenapa saya langsung mendapat firasat, ini akan jadi hari yang unik. Ternyata benar, setelah rekan-rekan dari KJOG, KOTEKA dan Faircle datang, kejutan demi kejutan datang bergantian.

Kejutan pertama datang, ketika tur wisata Keraton akan dimulai. Dengan cepat tanggap, pihak guide menyiapkan kursi roda untuk saya gunakan dalam tur wisata.

Tentu saja, ini sangat membantu, karena dalam durasi yang terbatas, saya bisa ikut menyesuaikan diri dengan kecepatan gerak  anggota rombongan yang lain, dan urutan tempat yang dikunjungi. Maklum, Keraton berdiri di area seluas 14 hektar.

Pentas Wayang Golek (Dokpri)

Selama mengikuti tur wisata, saya menemukan kejutan lain berupa aksesibilitas kursi roda yang cukup baik sepanjang rute tur wisata, tepatnya dari Pintu Gerbang Donopratopo, ruang koleksi, ruang pameran, menonton pentas wayang golek di Bangsal Srimanganti, sampai kembali ke loket.

Hanya saja, saya memilih tidak masuk ruang koleksi dan ruang pameran temporer Narawandira. Selain karena pengunjungnya cukup ramai, tidak ada akses kursi roda di kedua area itu.

Meski sebenarnya sudah punya aksesibilitas cukup baik, kursi roda di area Museum Keraton masih belum bisa berfungsi optimal. Penyebabnya, terdapat area undakan tangga dan pasir, yang tak bisa diganti seenaknya, karena memang merupakan bagian dari Cagar Budaya.

Dari Museum Keraton, kami beranjak ke Museum Kereta Keraton Yogyakarta alias Museum Wahanarata. Meski kali ini tidak memakai kursi roda, saya memilih untuk langsung menuju ke ruang pertemuan, mengingat durasi turnya singkat, dan masih disambung dengan acara audiensi bersama Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara, Penghageng KHP Nitya Budaya Keraton Yogyakarta, yang juga putri bungsu Sri Sultan Hamengku Buwono X, Raja Keraton Yogyakarta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline