Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Menimbang Rencana "Rehat Sejenak" Liga 1

Diperbarui: 10 Juli 2023   16:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Erick Thohir, Ketum PSSI, mempertimbangkan rehat sejenak Liga 1 (Ahmad Zilky/KOMPAS.com)

Sebagai sebuah kompetisi, Liga Indonesia biasa menghadirkan beragam warna menarik. Mulai dari aksi di lapangan sampai fanatisme suporter, semua menyatu jadi sebuah paket aksi menarik.

Meski sejauh ini berlangsung cukup kondusif, Liga 1 musim 2023-2024 ternyata sedang diwacanakan untuk rehat sejenak. Penyebab awalnya datang dari komentar rasis warganet kepada Yuran Fernandes, Yance Sayuri, dan Erwin Gutawa (PSM Makassar) dan Riko Simanjuntak (Persija Jakarta).

Keputusan ini mungkin agak aneh, karena insiden itu tidak terjadi di lapangan. Hanya karena celoteh oknum suporter di dunia maya, semua tim di liga bisa kena imbasnya.

Apalagi, pertandingan PSM melawan Persija sudah berlangsung Senin (3/7) lalu, dengan skor akhir 1-1 dan suasana cukup kondusif di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta.

Tapi, rencana rehat ini belakangan justru jadi makin masuk akal, karena ada juga dua insiden bentrok antarsuporter yang terjadi di kompetisi yang sama, yakni bentrok antarsuporter Persis Solo saat menjamu Persebaya Surabaya (1/7) dan bentrok antarsuporter PSM Makassar saat menjamu Dewa United (8/7).

Para pelaku utama di kedua insiden tersebut sudah diamankan pihak berwajib, tapi ini tetap saja menjadi satu kecolongan cukup besar. Ternyata, kebijakan PSSI melarang suporter tim tamu datang masih belum efektif, karena sesama suporter tim tuan rumah saja bisa bentrok di kandang sendiri dan menciptakan gangguan keamanan masyarakat di luar stadion.

Berhubung pada pekan-pekan awal kompetisi saja sudah terjadi dua insiden bentrokan dan satu insiden rasisme, evaluasi darurat (atau apapun itu) memang sudah seharusnya dilakukan.

Sebelum kompetisi melangkah jauh dan justru menghasilkan banyak insiden serupa, penertiban memang sudah seharusnya dilakukan. Mengingat ini menyangkut keamanan dan keselamatan bersama, keputusan Erick Thohir (selaku Ketum PSSI) memang sudah tepat.

Jangan sampai, kejadian serupa Tragedi Kanjuruhan terjadi lagi akibat mitigasi yang buruk di awal. Apalagi, kasta tertinggi Liga Indonesia secara total menyajikan kurang lebih 306 pertandingan.

Kalau 10-15 persen saja diantara 306 pertandingan itu sampai menimbulkan gangguan keamanan pada suporter dan masyarakat, berarti sudah lampu kuning, karena potensi gangguan keamanannya cukup tinggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline