Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Manchester City, 15 Tahun dan Miliaran Pounds Kemudian

Diperbarui: 12 Juni 2023   13:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

((AFP/OLI SCARFF via KOMPAS.com)

Satu miliar pounds, atau tepatnya 1,26 miliar pounds (sekitar 23 triliun rupiah) Inilah jumlah dana transfer yang digelontorkan Manchester City selama tujuh tahun terakhir (menurut info ESPN), atau sejak awal era kepelatihan Pep Guardiola.

Jika dirata-rata, klub milik Sheikh Mansour ini membelanjakan 180 juta pounds (sekitar 3 triliun rupiah) setiap tahunnya. Meski terlihat besar, anggaran ini masih terbilang normal, untuk ukuran klub  ambisius yang didukung pemilik kaya.

Sebelumnya, ada Chelsea yang selama era kepemilikan Roman Abramovich (Rusia) telah menggelontorkan dana transfer mencapai 2 miliar pounds (37,4 triliun rupiah) selama periode 2003-2022, atau sekitar 105 juta pounds setahun (menurut info dari The Sun).

Di Eropa daratan, ada PSG yang sejak dipimpin Nasser Al Khelaifi (Qatar) tahun 2012 sudah menggelontorkan dana transfer mencapai 1,26 juta pounds (1,48 juta euro), atau sekitar 100 juta pounds (1,87 triliun rupiah) per tahun, berdasarkan laporan AS (media Spanyol).

Hasilnya memang sama-sama dahsyat. Tim yang awalnya hampir kolaps terjerat krisis keuangan mendadak jadi tim kuat bertabur bintang.

Pada gilirannya, mereka juga meraih beragam prestasi di dalam negeri maupun di tingkat Eropa. Dari ketiganya, Chelsea menjadi satu "prototipe" yang  belakangan disempurnakan Manchester City dari segi stabilitas prestasi.

Tidak seperti Chelsea yang langsung meraih gelar di tahun kedua Roman Abramovich, City membangun kebiasaan juara itu secara perlahan sejak taipan Abu Dhabi berkuasa tahun 2008 menggantikan Thaksin Shinawatra (Thailand)

Dimulai dari membangun kebiasaan finis di papan atas Liga Inggris, levelnya meningkat jadi "terbiasa jadi penantang gelar domestik" dengan titel Piala FA 2011 dan Liga Inggris musim 2011-2012 sebagai katalis.

Tidak seperti Chelsea yang cenderung pragmatis atau PSG yang bisa dibilang memonopoli Liga Prancis, City cenderung lebih romantis, karena mendambakan kemenangan lewat sepak bola atraktif. Kurang lebih seperti Barcelona di era kejayaan tiki-taka.

Aroma Barca sendiri terasa cukup kental, ketika Txiki Begiristain dan Ferran Soriano secara berurutan direkrut sebagai direktur olahraga dan CEO klub. Keduanya adalah tokoh kunci di balik layar, pada era tiki-taka Barcelona.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline