Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Maaf Jose, Ini Sevilla!

Diperbarui: 1 Juni 2023   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bicara soal sosok Jose Mourinho, kebanyakan orang mungkin sepakat, dia adalah pelatih sekaligus motivator ulung. Makanya, hampir semua tim yang pernah dibesutnya bisa meraih trofi juara.

Sedangkan bagi AS Roma, pelatih asal Portugal ini awalnya datang sebagai kejutan, yang bahkan tak disangka-sangka sebagian Romanisti. Untuk pertama kalinya sejak Fabio Capello hampir dua dekade silam, ada pelatih berprofil tinggi di klub.

Efeknya pun langsung terasa, karena tim ibukota Italia itu mengalami kenaikan level. Dari yang tadinya sebatas "langganan  lolos ke Eropa" tapi inkonsisten, menjadi "terbiasa melangkah jauh di Eropa".

Terbukti, dalam dua musimnya di Stadio Olimpico, Si Serigala selalu tampil di final kompetisi antarklub Eropa. Dimulai dari edisi perdana Conference League yang dimenangkan musim 2021-2022, dan berlanjut ke final Liga Europa musim 2022-2023.

Ada "mental turnamen" yang sudah terbentuk di sini, dan itu didukung oleh pengalaman Mourinho, yang selalu menang di lima final Eropanya. Bahkan, eks pelatih Chelsea itu tercatat sebagai pelatih pertama yang juara di tiga level kompetisi antarklub Eropa.

Sebelum membawa Roma meraih trofi pertama di Eropa, eks pelatih FC Porto ini sudah meraih sepasang trofi Liga Champions dan Liga Europa. 

Sebuah portofolio yang bisa membuat lawan (minimal) sedikit merasa tertekan secara psikologis, karena menghadapi seorang pelatih berpengalaman.

Tapi, ketika bertemu Sevilla di final Liga Europa, Kamis (1/6, dinihari WIB) situasinya sangat berbeda, karena yang dihadapi adalah tim "raja turnamen". Seperti diketahui, jagoan Spanyol itu selalu menang di final Liga Europa, dan itu terjadi sampai enam kali.

Jadi, bukan kejutan kalau tim asuhan Jose Luis Mendilibar ini mampu tampil percaya diri, dan mendominasi penguasaan bola. Meski Roma dan Mou punya skenario taktik "main efektif", beratnya tekanan mental tak bisa disembunyikan.

Terbukti, meski unggul duluan di babak pertama lewat gol Paulo Dybala, rencana Giallorossi tampak kacau setelah kebobolan gol bunuh diri Gianluca Mancini di babak kedua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline