Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Saat Euforia Terasa Kurang Sehat

Diperbarui: 19 Mei 2023   17:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Goal.com)

Dalam beberapa hari terakhir, euforia publik sepak bola nasional sedang tinggi. Maklum, untuk pertama kalinya sejak 1991, Indonesia berhasil meraih medali emas SEA Games cabor sepak bola.

Dari segi hasil akhir, performa tim asuhan Indra Sjafri memang mantap, karena selalu menang di setiap pertandingan, sejak penyisihan sampai final. Yang paling istimewa, Thailand yang selama puluhan tahun kerap jadi nemesis, mampu dibungkam dengan skor telak 5-2, dalam laga yang berlangsung panas.

Jadi, wajar kalau apresiasi datang dari berbagai arah. Mulai dari presiden, politisi sampai warga biasa, baik yang memang tulus atau hanya cari panggung.

Memang, medali emas ini sudah ditunggu selama 32 tahun, dan sepak bola adalah satu olahraga populer di Indonesia. Masalahnya, euforia yang ada belakangan sudah mulai mencapai titik kurang sehat.

Dari sudut pandang olahraga, medali emas memang capaian tertinggi, dan layak diapresiasi, termasuk jika ada konvoi juara. Tidak ada larangan untuk bergembira, tapi jangan sampai lupa daratan.

Apalagi, medali emas ini diraih di event multicabang olahraga. Akan kurang adil jika 1 medali emas begitu diistimewakan, sementara kontingen Indonesia meraih total 87 medali emas di Kamboja.

Seharusnya, ada apresiasi yang layak juga untuk 86 medali emas SEA Games 2023 lainnya. Tidak harus konvoi, bisa juga dengan apresiasi hadiah uang atau kesempatan menjadi PNS, karena sudah mencatat prestasi internasional.

Kalau event olahraganya murni dari cabor sepak bola, entah Piala AFF, Piala Asia atau Piala Dunia, konvoi, pesta, bahkan penetapan hari libur nasional jelas masuk akal. Seperti yang dilakukan pemerintah Argentina saat Albiceleste juara Piala Dunia 2022 di Qatar, atau saat Arab Saudi mengalahkan Argentina di fase grup turnamen yang sama.

Tapi, untuk ukuran Indonesia, apresiasi seperti ini kadang masih dianggap berlebihan, kecuali di cabor yang dianggap "seksi" seperti sepak bola.

Di cabor bulutangkis yang sudah  menghadirkan banyak prestasi dunia saja, gaungnya terkesan biasa sekali. Mungkin karena sudah terbiasa bersaing di level atas selama puluhan tahun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline