Dalam sepak bola, pembahasan soal para pemain tidak hanya berkutat pada aksi mereka di lapangan hijau, tapi juga mencakup seputar kehidupan pribadi mereka, termasuk hal tabu (khususnya dalam perspektif budaya timur) seperti kasus asusila yang terjadi beberapa kali di Liga Inggris.
Dalam waktu kurang dari sedekade terakhir, ada tiga pemain dari kasta tertinggi Liga Inggris, yang tersangkut perkara ini. Mereka adalah Adam Johnson (eks pemain Sunderland dan Manchester City, 2016), Gylfi Sigurdsson (eks pemain Swansea City dan Everton, 2021) dan Mason Greenwood (Manchester United, 2022).
Pada saat ditahan akibat kasus asusila, mereka umumnya sedang menikmati masa puncak performa atau dinilai berpotensi jadi bintang besar. Tapi, begitu mereka ditetapkan sebagai tersangka, karier sepak bola mereka praktis langsung tamat.
Dari tiga kasus ini saja, Adam Johnson dan Gylfi Sigurdsson sudah pensiun, sementara Mason Greenwood sudah lama dibekukan dari tim Manchester United, dan hampir pasti dilepas. Sebuah akhir tragis untuk seorang pemain yang sempat disebut punya potensi bersinar.
Satu hal yang menarik di sini adalah, meski tak punya adat istiadat sekuat di Indonesia, kontrol sosial yang ada justru terlihat sangat kuat dan efektif.
Tak ada pemberitaan masif di media, bahkan nama si pemain sempat tidak disebutkan di tahap awal kasus, tapi ada sanksi sosial yang tak kalah berat dengan sanksi pelanggaran hukum yang didapat.
Adam Johnson dan Gylfi Sigurdsson tak pernah lagi beredar di klub maupun timnas. Greenwood juga terancam bernasib serupa. Tak ada juga sponsor yang mau menggandeng.
Benar-benar sanksi sosial yang tak tanggung-tanggung, sangat kongkrit walau tidak ada seruan boikot atau semacamnya. Dalam senyap, mereka hilang dari peredaran, tapi tak dilupakan begitu saja, karena menjadi satu pelajaran mahal buat pemain lainnya.
Sebenarnya, ada kasus pelanggaran lain, yakni doping, yang juga tergolong pelanggaran serius, tapi karena sebagian bersifat bukan pelanggaran pidana atau kriminal (selama bukan mengkonsumsi narkoba) pelakunya kadang mendapat "kesempatan kedua", terutama jika terjadi secara tidak sengaja.
Seperti pada kasus Kolo Toure saat di Manchester City, yang sempat didakwa kasus doping selama 6 bulan tahun 2011, karena gagal lolos tes doping, yang ternyata disebabkan karena salah minum obat diet.