Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Arsenal dan Sebuah Repetisi

Diperbarui: 17 April 2023   11:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bicara soal pacuan juara Liga Inggris musim 2022-2023, ada satu kejutan yang jadi warna dominan, yakni munculnya Arsenal sebagai pesaing serius Manchester City, tim yang cukup dominan dalam beberapa tahun terakhir.

Kalau dirunut lagi, kejutan Arsenal ini adalah satu wujud transformasi mereka di era Mikel Arteta, dalam balutan jargon "percaya proses" yang awalnya sempat jadi lelucon.

Musim lalu, tim kebanggaan Gooners ini sudah kembali memanaskan persaingan di posisi empat besar, meski akhirnya disalip Tottenham Hotspur pada periode akhir kompetisi.

Ketika "proses" itu naik level musim ini, pujian banyak diterima The Gunners, karena mereka melakukan ini dengan tim yang mengandalkan banyak pemain muda dan gaya main yang cukup enak dilihat.

Kurang lebih miirip seperti era Arsene Wenger dulu, dengan "Invincible" sebagai titik puncak. Sebuah repetisi yang cukup menarik. 

Tapi, seperti halnya di era Si Profesor dulu, ada satu masalah lama yang tampaknya kembali muncul, yakni masalah mental. Di era Wenger dulu, masalah ini membuat tim kerap kehilangan poin di fase krusial, dan membuat kesempatan meraih trofi hilang seketika.

Di era kekinian, masalah serupa mulai muncul, dari dua partai liga terakhir Tim Meriam London, yakni saat bersua Liverpool dan West Ham. Selain sama-sama berakhir imbang 2-2, ada situasi identik yang muncul, dengan sedikit bumbu keberuntungan dan kesialan.

Dalam dua partai tandang ini, Gabriel Jesus dkk sempat unggul 2-0 di setengah jam pertama, sebelum akhirnya kebobolan dua gol. Sebuah situasi yang sudah pasti membuat Manchester City senang.

Bedanya, pekan lalu Arsenal hampir saja tumbang saat melawan Liverpool, andai Aaron Ramsdale tak tampil bagus. Sementara itu, di partai melawan West Ham, Bukayo Saka bisa saja membawa Arsenal menang 3-2, andai tendangan penaltinya gol.

Jelas, ada masalah mental di sini, dan ini adalah kelemahan klasik tim yang diisi banyak pemain muda. Mereka cepat, dinamis dan terampil, tapi bisa langsung kacau saat tekanan berat mulai datang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline