Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Lunturnya Sisi Konservatif Sebuah Tim Nasional

Diperbarui: 10 April 2023   10:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Freepik.com)

Dalam sepak bola, pos pelatih tim nasional biasanya cenderung diisi pelatih lokal, khususnya pada negara dengan identitas dan sejarah panjang. Apalagi, jika negara tersebut punya catatan prestasi di tingkat benua dan dunia.

Makanya, ada beberapa negara yang mengkhususkan pos pelatih tim nasional untuk pelatih lokal, demi menjaga tradisi dan identitas, kalau tidak boleh dibilang "local pride".

Tapi, seiring perkembangan tren taktik dan sisi kompetitif, pandangan konservatif ini tampak mulai luntur. Pada dekade 2000-an, Inggris, yang disebut sebagai negara pencetus sepak bola modern, telah menunjuk Sven Goran Eriksson (Swedia) dan Fabio Capello (Italia) sebagai pelatih tim nasional.

Meski gagal meraih trofi, dua pelatih asing pertama sepanjang sejarah Timnas Inggris itu mampu meninggalkan satu warisan, berupa sedikit tambahan sisi fleksibel pada gaya "Kick and Rush" khas Inggris yang cenderung kaku bin monoton, seperti terlihat pada Tim Tiga Singa versi kekinian.

Berselang dua dekade, fenomena ini kembali hadir, kali ini di Amerika Selatan, tepatnya Uruguay. Untuk kedua kalinya sepanjang sejarah, mereka menunjuk pelatih asing sebagai pelatih tim nasional.

Meski belum dikonfirmasi AUF (PSSI-nya Uruguay) sejumlah media dan pakar transfer internasional menyebut, Marcelo Bielsa akan bertugas sebagai pelatih tetap Timnas Uruguay di ajang Copa America 2024 dan Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Conmebol.

Meski dikontrak sampai tahun 2025, kontrak itu akan diperpanjang, setidaknya selama setahun, jika La Celeste mampu lolos ke Piala Dunia 2026 di Meksiko, Amerika Serikat dan Kanada.

Jika pelatih berusia 67 tahun itu jadi menahkodai Si Biru Langit, ia akan mengikuti jejak Daniel Passarella (legenda Timnas Argentina), yang pernah bertugas antara tahun 2000-2001. Uniknya, Passarella juga menjadi pendahulu Bielsa sebagai pelatih Timnas Argentina di masa lalu.

Dengan reputasi sebagai juara Piala Dunia dua kali dan tim tersukses Copa America (bersama Argentina) plus sejarah panjang selama lebih dari seabad, sebagian orang mungkin akan mengira, reaksi para pecinta sepak bola di sana akan kurang bagus, seperti di Inggris, khususnya saat Eriksson dan Capello bertugas.

Tapi, reaksi yang timbul justru sebaliknya. Banyak yang merasa antusias dengan kedatangan pelatih asal Argentina itu, karena kemampuannya dalam memoles talenta pemain dan membangun sistem.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline