Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Piala AFF, (Seharusnya) Bukan Acuan Mutlak

Diperbarui: 7 Januari 2023   15:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Kompas.com)

Judul di atas adalah pendapat saya soal Piala AFF, khususnya dalam hal manfaat. Oke, ini adalah turnamen bergengsi di Asia Tenggara, dan setiap kemenangan yang diraih bisa sedikit membantu tim peserta menambah poin di peringkat FIFA.

Bukan cuma itu, hadiahnya juga cukup menarik untuk ukuran Asia Tenggara, dengan nominal mencapai angka ratusan ribu dolar Amerika, lengkap dengan kebanggaan sebagai "tim terbaik di Asia Tenggara".

Makanya, kita sering mendengar, ada begitu banyak narasi optimis soal juara. Contoh terdekat, setiap kali ada Piala AFF, setiap kali itu juga narasi soal juara muncul.

Di Indonesia, PSSI juga biasanya membonceng narasi dan optimisme ini sebagai target prestasi Timnas Indonesia, meski kualitas sepak bola nasional masih begitu begitu saja. Kalau meminjam istilah komunitas gadget, PSSI benar-benar setia dalam menerapkan asas "target elit modal sulit".

Meski kenyataannya sering pahit, berandai-andai memang tidak dilarang, karena probabilitas kadang beda alam dengan realitas.

Jika melihat posisinya sebagai turnamen diluar agenda resmi FIFA, sebenarnya kita bisa menyebut, turnamen yang disponsori Mitsubishi ini sebetulnya tak penting-penting amat.

Terbukti, klub kasta ketiga Liga Inggris seperti Ipswich Town dan Gillingham saja bisa melarang Elkan Baggott ikut serta. Sebuah keputusan yang jelas tidak bisa diprotes pihak PSSI dan pelatih Shin Tae-yong.

Jadi, jangan kaget ketika JDT yang dominan di liga Malaysia saja bisa melarang para pemainnya bergabung dengan Timnas Malaysia. Apakah FAM (PSSI-nya Malaysia) menjatuhkan sanksi? Tidak.

Begitu juga dengan KV Mechelen (klub kasta tertinggi Liga Belgia) yang melarang Sandy Walsh bergabung dengan Timnas Indonesia, dan keputusan Chanatip Songkrasin (Thailand) yang memilih fokus mempersiapkan diri menghadapi musim baru Liga Jepang.

Di turnamen Piala AFF itu sendiri, peningkatan kualitasnya juga kurang maksimal. Masih belum ada teknologi VAR apalagi SAOT, yang membuat celah munculnya keputusan salah wasit masih terbuka lebar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline