Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Messi-CR7 dan Kisah Sebuah Rivalitas Semu

Diperbarui: 2 Januari 2023   16:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Messi dan CR7 (Bolasport.com)

Judul di atas adalah pendapat saya, menyusul resminya transfer Cristiano Ronaldo ke Al Nassr, tepat di hari terakhir tahun 2022. Seperti diketahui, selama 15 tahun terakhir, keduanya sama-sama meraih berbagai prestasi dan selalu sukses menarik perhatian.

Berkat kemajuan teknologi statistik dan mekarnya media sosial, segala hal tentang keduanya bisa dikupas sampai detail terkecil. Bahkan, pembahasan soal keduanya bisa memicu debat kusir diantara para penggemar.

Andai dijadikan sinetron, ribuan episode mungkin belum tentu cukup untuk sebatas merangkumnya. Terlalu banyak hal yang bisa dibandingkan dan jadi bahan debat.

Padahal, kalau dilihat lagi, perbandingan soal mereka sebenarnya kurang proporsional. Meski sama-sama pernah menjadi pemain sayap di masa muda, transformasi keduanya jelas berbeda.

Messi adalah seorang pemain sayap yang bertransformasi menjadi seorang "false nine" dan "playmaker" alias pemain nomor  10. Dimensinya jauh lebih kompleks dari Ronaldo, yang hanya bertransformasi menjadi seorang nomor 9 murni.

Jadi, akan aneh jika keduanya dibandingkan secara "apple to apple". Dimensi dan kompleksitas perannya berbeda. Daripada dibandingkan, keduanya malah bisa jadi satu perpaduan yang klop.

Ketidakseimbangan soal perbandingan mereka belakangan juga semakin timpang, khususnya sejak awal musim 2022-2023 dan Piala Dunia 2022.

Seperti diketahui, saat Leo bersinar di PSG dan juara dunia di Qatar, CR7 malah jadi pesakitan di Manchester United dan Timnas Portugal. Tak cukup sampai disitu, saat Messi meraih Bola Emas dan diberi jatah libur ekstra oleh PSG, Ronaldo justru berlabuh di Jazirah Arab, dengan menerima gaji mencapai 200 juta euro per tahun bersama Al Nassr.

Benar-benar beda level. Tidak sebanding, baik dari segi gaji maupun level kualitas kompetisi. Seharusnya, era rivalitas keduanya sudah selesai sampai di sini, bahkan sebenarnya tidak perlu ada.

Ironisnya, ketimpangan yang belakangan muncul seolah juga menegaskan, kehebatan kedua megabintang ini sebetulnya lebih layak untuk dinikmati tanpa dibandingkan, karena memang tidak untuk dibandingkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline