Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Setelah Liga 1 Kembali Bergulir

Diperbarui: 8 Desember 2022   15:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Liga 1,  kembali bergulir setelah libur selama 2 bulan (Kompas.com)

Setelah sempat distop selama kurang lebih dua bulan, imbas Tragedi Kanjuruhan, sepak bola nasional, khususnya kompetisi Liga 1, kembali bergulir sejak Senin (5/12) lalu, di tengah hiruk pikuk Piala Dunia 2022.

Tidak seperti sebelumnya, kompetisi kali ini menerapkan sistem terpusat alias "bubble", dan dijalankan tanpa penonton, seperti pada masa pandemi.

Tentu saja, situasi ini kurang ideal, tapi paling tidak sejalan dengan arahan pemerintah, supaya sepak bola nasional tidak terbengkalai. Kebetulan, dalam waktu dekat Timnas Indonesia akan bertanding di Piala AFF.

Di sisi lain, kebijakan tanpa penonton ini juga sejalan dengan rekomendasi pihak kepolisian, selama PSSI dan pihak-pihak terkait (termasuk klub) belum punya aturan baku soal keamanan dan keselamatan penonton di stadion.

Dengan kata lain, lanjutan Liga 1 yang kita lihat sekarang adalah hasil kompromi berbagai pihak, demi tetap berjalannya perkembangan sepak bola nasional dan Timnas Indonesia.

Masalahnya, kebijakan ini juga perlu diikuti dengan sosialisasi, edukasi, dan penerapan aturan yang tegas soal ketertiban suporter di stadion dan manajemen klub. Tanpa itu, situasinya akan sama saja.

Sebelum ini, jangankan edukasi, sosialisasi saja masih tidak jelas wujudnya. Itu belum termasuk kekurangan lain yang selama ini jadi biang kerok kebobrokan sepak bola nasional.

Jangan lupa, Tragedi Kanjuruhan adalah satu tragedi stadion terburuk di dunia, yang sampai "memaksa" FIFA berkantor selama setahun di Indonesia. Dengan lebih dari 100 nyawa yang melayang, agak keterlaluan kalau liga masih berlanjut seolah tak terjadi apa-apa.

Sebagai seorang penonton, jujur saja saya tidak tega menonton lanjutan  Liga 1. Tidak mungkin saya menonton seperti tidak terjadi apa-apa, karena ratusan korban Tragedi Kanjuruhan itu bukan angka statistik.

Apalagi Tragedi Kanjuruhan ternyata menghasilkan efek sedemikian masif, bahkan sampai ke divisi bawah. Akibat satu tragedi, puluhan sampai ratusan klub kena imbas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline