Bicara soal PSSI, kebanyakan hal yang jadi topik bahasan tidak selalu positif. Ada masalah klub didenda akibat ulah oknum suporter anarkis, tata kelola sepak bola nasional yang amburadul, dan entah apa lagi.
Saking seringnya, PSSI lebih sering menuai kritik ketimbang pujian, terutama saat keputusan itu dinilai tidak tepat. Beruntung, warganet pecinta sepak bola nasional kadang berani bicara lugas, sehingga kekeliruan yang ada bisa dikoreksi.
Salah satu momen koreksi itu datang, dari keputusan PSSI terkait Piala Indonesia. Setelah sebelumnya dikritik banyak pihak, akibat mengumumkan batalnya penyelenggaraan Piala Indonesia pada Minggu (28/8) lalu, pada Rabu (31/8) PSSI meralat keputusannya.
Melalui Iwan Bule sang Ketum, PSSI mengumumkan akan menggelar turnamen Piala Indonesia musim 2022/2023, dengan melibatkan 64 tim dari Liga 1 sampai Liga 3. Belum diketahui pihak mana yang jadi sponsor, tapi situasi ini memastikan PSSI akan menggelar turnamen antardivisi untuk pertama kalinya sejak 2019.
Meski terkesan mendadak, langkah PSSI kali ini layak dipuji, karena akhirnya mereka mau menyadari satu faktor, yang membuat skor peringkat Liga Indonesia masih tertinggal di Asia Tenggara.
Benar, sebelum PSSI berubah pikiran, Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara, yang tidak punya kompetisi piala domestik.
Seperti diketahui, salah satu indikator penilaian peringkat liga adalah keberadaan piala domestik, dan Indonesia belum konsisten menyelenggarakannya.
Dalam sejarahnya, turnamen sepak bola nasional antardivisi ini pertama kali hadir tahun 2005. Setelahnya, diadakan rutin sampai tahun 2010, dengan Arema juara 2 kali beruntun, dan Sriwijaya FC mencatat hat-trick juara.
Tapi, akibat terjadinya kisruh di sepak bola nasional, baik karena dualisme PSSI maupun sanksi FIFA untuk Indonesia, Piala Indonesia sering vakum.
Tercatat, sejak tahun 2010, turnamen ini hanya digelar pada edisi 2012 dan 2018-2019, dengan Persibo Bojonegoro dan PSM Makassar menjadi juara.