Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Kembalinya Sisi Keras Liga 1

Diperbarui: 30 Agustus 2022   14:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Robert Rene Alberts, Javier Roca, Jacksen Ferreira Tiago, dan Sergio Alexandre (Tribunnews.com)

Liga 1 musim 2022/2023 baru akan mendekati seperempat jalan, tapi sisi kerasnya sudah terlihat. Sisi keras itu adalah tekanan tinggi buat para pelatih di sejumlah klub, yang belakangan mulai menghadirkan perubahan.

Tak tanggung-tanggung, hingga pekan ketujuh di akhir pekan lalu, sudah ada lima pelatih yang hengkang, yakni Robert Rene Alberts (Persib Bandung, Belanda), Sergio Alexandre (PSIS Semarang, Brasil), Javier Roca (Persik Kediri, Chile), Dejan Antonic (Barito Putera, Serbia) dan Jacksen Ferreira Tiago (Persis Solo, Brasil).

Kelimanya hengkang menyusul performa tim yang kurang sesuai ekspektasi manajemen. Uniknya, dari kelima nama di atas, hanya Jacksen Ferreira Tiago saja yang mundur setelah timnya menang.

Hanya saja, nama-nama di atas masih berpeluang akan bertambah lagi, karena sudah ada pelatih yang mulai menimbang opsi mundur, atau didesak suporter untuk segera mundur, mereka adalah Seto Nurdiyantoro (PSS Sleman) dan Eduardo Almeida (Arema FC).

Di PSS Sleman, Seto Nurdiyantoro mulai melempar isyarat kemungkinan akan mundur, karena meski bermain cukup baik dan mampu meraih 8 poin, Super Elja menuai tiga kekalahan di kandang sendiri.

Sementara itu, desakan mundur cukup kencang disuarakan Aremania kepada Eduardo Almeida. Meski sukses meraih gelar Piala Presiden, awalan inkonsisten Singo Edan di Liga 1 membuat posisi pelatih asal Portugal itu kurang aman.

Dengan kompetisi yang masih jauh dari selesai, daftar nama pelatih yang hengkang atau dalam tekanan tentu masih akan bertambah.

Jangankan pelatih yang sedang bertugas, pelatih yang belum bertugas penuh seperti Luis Milla (Persib Bandung) saja sudah dikritik, saat Maung Bandung dibabat PSM Makassar 5-1, Senin (29/8) lalu. Sebuah situasi yang sangat aneh, meski sebenarnya tekanan (sangat) tinggi adalah hal biasa di Liga Indonesia.

Dejan Antonic (Kompas.com)

Tapi, kalau dilihat lagi, sebenarnya tekanan tinggi ini justru tidak wajar. Kemenangan kadang dianggap harga mati,  terutama di laga kandang, selebihnya tidak penting. Hasil imbang saja bisa terasa seperti kekalahan.

Semua tim ingin menang dan punya target tinggi. Tapi, saat performa di lapangan berkata lain, pelatihlah yang jadi kambing hitam. Padahal, tidak sulit untuk mengenali kemampuan tim, dan memasang target realistis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline