Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Salah Kaprah Produsen Smartphone dengan Adaptornya

Diperbarui: 10 September 2022   13:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi adaptor pengisi daya (Kompas.com)

Dalam beberapa waktu terakhir, label "ramah lingkungan" telah menjadi sesuatu yang cukup kompleks. Maklum, ia tidak hanya jadi satu kampanye sosial, tapi telah menjadi satu strategi dagang.

Salah satu yang belum lama ini saya jumpai adalah saat saya membeli ponsel pabrikan Samsung, sekitar dua pekan lalu. Setelah sebelumnya mencari-cari info spek dan menyesuaikan dengan budget, pilihan saya akhirnya jatuh ke ponsel yang sekarang saya gunakan.

Tapi, pada prosesnya saya sempat dibuat pusing, karena kepala charger alias adaptor pengisi dayanya dijual terpisah. Produk aslinya saja dijual dalam kisaran harga 200-300 ribuan rupiah.

Bagi saya, ini lumayan bikin pusing, karena saya masih harus mencari juga casing dan temper glass. Pendek kata, jika harus beli di toko berbeda, aksesoris pendukungnya cukup ribet, karena jenis dan harganya lebih beragam dibanding produk utama.

Alhasil, supaya lebih praktis, saya lalu mengakalinya, dengan mencari toko online yang menjual sekaligus ponsel dan adaptor resmi berdaya listrik 25 watt dalam satu paket. Jadi, sekali angkut, semuanya beres.

Ketika saya menemukannya, dan toko itu juga memasang diskon yang membuat harganya sesuai budget, saya langsung bungkus tanpa pikir panjang. Tapi, sedikit rasa heran tetap saja muncul, karena alasan umum adaptor dijual terpisah adalah "supaya lebih ramah lingkungan".

Jujur saja, alasan ini terdengar menggelikan bagi saya. Meski niatnya baik, caranya boleh dibilang salah kaprah. Mengapa?

Jika alasannya adalah untuk mengurangi limbah elektronik atau sampah plastik, menjual adaptor secara terpisah justru bisa menambah jumlah sampah plastik. Kemungkinan ini muncul, karena tidak semua toko yang menjual ponsel menjual juga adaptor pengisi dayanya.

Ada yang memang tidak menjual, ada juga yang kehabisan stok. Otomatis, sampah plastik justru akan bertambah. Jika misal adaptor itu dibeli di toko lain dan dipaketkan, minimal sudah ada tambahan sampah plastik dari bungkus paket produk.

Dari sini kita seharusnya bisa bertanya, bagian mana yang membuat kebijakan ini lebih ramah lingkungan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline