Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Sebuah Pengalaman Menjual Ponsel Bekas

Diperbarui: 22 Agustus 2022   18:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi ponsel pintar (Kompas.com)

Sebagai seorang pekerja serabutan, kalau tidak boleh dibilang freelancer, kadang ada pengalaman menarik yang hadir, karena situasinya agak tidak biasa. Salah satunya terjadi, saat saya menjual ponsel lama saya, yakni Xiaomi Redmi 5A, pada Senin (22/8).

Pada awalnya, negosiasi berjalan sangat lancar sejak seminggu sebelumnya. Harga pun sudah langsung disepakati di kisaran angka 300 ribu rupiah, karena kondisi barangnya dinilai masih cukup baik dan lengkap oleh pembeli.

Saya sendiri menerima tawaran harga itu, karena angkanya cukup masuk akal, sesuai dengan harga wajar ponsel bekas, dengan sistem operasi Android 8 dan spek memori minimalis.

Harga ini menurut saya juga cukup bagus, untuk ukuran ponsel produk pabrikan Tiongkok tipe biasa (bukan produk kelas menengah apalagi golongan "flagship"), yang sudah 4 tahun dipakai untuk berbagai aktivitas, termasuk menulis di Kompasiana.

Tapi, situasi berbeda hadir di saat bersamaan, ketika saya coba menjual ponsel bekas lain, yang kebetulan sudah dalam kondisi mati total, karena lama tidak terpakai, dan minus pengisi daya. Awalnya, saya masih yakin ini laku barang 20 ribu rupiah.

Maklum, ponsel yang satu ini adalah ponsel jenis Nokia 2700, yang masih merupakan ponsel generasi senior. Beberapa tahun sebelumnya, saya juga pernah dua kali menjual ponsel bekas jenis Nokia milik saya, dengan harga di kisaran 100-200 ribu rupiah, dengan perangkat yang masih lengkap.

Ketika itu keduanya dijual dalam kondisi berbeda. Yang satu mati total karena baterainya bermasalah, sementara yang lain dijual karena saya mendapat ponsel Android bekas. Untuk ponsel yang mati total, harganya masih cukup baik karena setelah coba dinyalakan dengan baterai pengganti, kondisinya baik-baik saja.

Dalam kondisi yang juga mati total, nasib serupa juga terjadi pada ponsel Android pertama saya, yang laku dijual 100 ribu rupiah. Kondisinya bahkan sedikit lebih gawat, karena sudah beberapa kali ganti baterai.

Tapi, keberuntungan serupa ternyata tidak terjadi sampai empat kali. Akibat kondisinya yang sudah mati total, bahkan setelah dicoba dengan baterai pengganti, Nokia 2700 itu akhirnya tidak laku dijual.

Tentu saja, ini menjadi pengalaman kurang mengenakkan, tapi, pada saat bersamaan, saya bersyukur karena ponsel Xiaomi Redmi 5A saya terjual dengan harga dan kondisi layak. Berarti, keputusan saya untuk ganti ponsel terbukti tepat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline