Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Saya dan Smartphone, Sebuah Cerita

Diperbarui: 18 Agustus 2022   01:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Smartphone (Kompas.com)

Di era digital ini, smartphone alias ponsel pintar menjadi satu bagian yang memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, selain koneksi internet yang lancar.

Berkat fleksibilitas teknologinya, perangkat satu ini tidak hanya menjadi alat komunikasi, karena sudah mewadahi beragam platform, mulai dari belanja, bekerja, transportasi, informasi berita, sampai hiburan.

Fleksibilitas ini memang membuat keberadaan ponsel pintar jadi menyenangkan. Tapi, perkembangan teknologi yang cepat membuat keberadaannya jadi cukup mendebarkan.

Dalam artian, ada saat dimana kita harus membeli ponsel pintar baru, karena sistem operasinya sudah mulai usang, atau mulai tidak kompatibel dengan perkembangan terkini.

Saya sendiri pertama kali mendapat ponsel pintar tak lama setelah lulus kuliah, sekitar tujuh tahun silam. Ponsel itu bukan ponsel baru, tapi bekas, dengan baterai yang sudah bengkak.

Kondisinya serba tidak ideal: memori minimalis, generasi sistem operasi Android nya agak senior, sempat beberapa kali ganti baterai, dan kadang error dengan sendirinya. Untunglah, dia masih bisa bertahan sampai tiga tahun kemudian, sebelum akhirnya mati total, dan laku dijual dengan harga selembar uang merah.

Ketika ponsel pintar berikutnya datang tak lama setelah Piala Dunia 2018, kondisinya bisa dibilang jauh lebih baik: masih baru (begitu juga dengan sistem operasinya), ukuran memori lebih besar, dan bisa membantu dalam banyak hal, termasuk membuat tulisan yang sedang Anda baca sekarang. Tulisan yang (mungkin) akan jadi tulisan terakhir yang saya buat dengan ponsel lawas ini.

Bisa dibilang, selama masa tugasnya, ponsel ini adalah "senjata" yang cukup oke, karena kondisinya relatif terjaga. Sebenarnya, dia masih bisa bertahan lebih lama.

Tapi perkembangan sistem operasi yang begitu cepat, ditambah cerita mengenaskan pada ponsel pintar sebelumnya, akhirnya membuat saya memutuskan untuk menggantinya dengan yang baru, sekalian upgrade. Kebetulan, sedang ada rezeki.

Di satu sisi, mungkin ini kurang mengenakkan. Setelah empat tahun yang relatif baik-baik saja, tiba-tiba harus berpisah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline