Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Lemparan ke Dalam, dari Masa ke Masa

Diperbarui: 16 Juni 2022   07:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya lemparan ke dalam ala Trent Alexander-Arnold (Liverpoolfc.com)

Dalam sepak bola, "throw in" alias lemparan ke dalam jadi satu elemen dasar, yang memberikan warna unik. Maklum, selain menjadi satu titik restart dalam permainan, lemparan ke dalam kadang juga jadi bagian dari strategi bertahan dan menyerang.

Pada awalnya, lemparan ke dalam belum menjadi bagian dari permainan sepak bola modern sampai tahun 1863. Sebelum tahun 1863, sepak bola mengenal "kick in" alias tendangan ke dalam, yang kini menjadi satu elemen dalam permainan futsal.

Dari sisi defensif, lemparan ke dalam biasa menjadi pilihan paling simpel, untuk memutus sejenak alur serangan lawan. Dengan demikian, ada kesempatan untuk mengatur nafas sejenak dan merapikan koordinasi di lini belakang.

Di area sekitar kotak penalti, memaksakan terjadinya lemparan ke dalam lebih disukai, karena situasinya tidak seberbahaya sepak pojok atau tendangan bebas. Tidak ada risiko mendapat kartu kuning apalagi merah, karena itu bukan pelanggaran.

Last but not least, lemparan ke dalam juga bisa jadi strategi untuk mengulur waktu di menit-menit akhir. Biasanya, ini dilakukan oleh tim yang ingin mengamankan keunggulan atau minimal hasil imbang.

Sementara itu, dari sisi ofensif, lemparan ke dalam menjadi satu opsi menarik, bagi tim yang punya pemain spesialis lemparan jauh. Maklum, jika terjadi di area permainan lawan, ini akan menghasilkan situasi yang tak kalah berbahaya dengan tendangan bebas atau sepak pojok.

Tekniknya pun beragam. Ada yang melakukan ancang-ancang cukup jauh, ada juga yang mencondongkan tubuh ke depan saat melempar.

Di level antarklub Eropa, ini sempat jadi satu strategi khas permainan Stoke City saat diperkuat Rory Delap. Lemparan jauh pemain asal Irlandia itu dikenal seberbahaya sepak pojok atau tendangan bebas, karena jangkauannya yang jauh dan bertenaga.

Selama bermain di Stoke City (2007-2013), lemparan jauh ayah Liam Delap (penyerang Manchester City) ini kerap jadi santapan empuk para pemain The Potters, yang kala itu rata-rata berpostur tinggi besar.

Kemampuan khusus pria yang kini jadi staf pelatih Stoke City ini terasah dengan baik, karena pada masa mudanya ia sempat jadi atlet lempar lembing.

Rory Delap, Christian Fuchs dan Aron Gunnarsson (news.yahoo.com)

Di era sebelumnya, Liga Inggris juga sempat punya spesialis lemparan jauh selain Delap, yakni Lee Dixon (Arsenal). Ada juga Mario Melchiot (Belanda) yang sempat bermain di Ajax Amsterdam, Chelsea dan Wigan plus Christian Fuchs (Austria) salah satu pilar Leicester City saat juara Liga Inggris musim 2015/2016.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline