Sebelum pertandingan Indonesia Vs Kuwait dimulai pada Rabu (8/6, malam WIB) sebenarnya Timnas Indonesia tak berada dalam situasi ideal. Selain karena satu grup dengan Kuwait dan Jordania, dua tim dari Timur Tengah, ada isu soal rencana evaluasi posisi pelatih Shin Tae-yong oleh PSSI, yang juga dikipasi media.
Ditambah dengan catatan pertemuan yang jeblok melawan tim dari Timur Tengah, keraguan makin kuat. Saking meragukannya, media Kuwait sampai merasa yakin bahwa tim kontestan Piala Dunia 1982 itu akan lolos kualifikasi bersama Jordania.
Apalagi, di laga ujicoba terakhir, Tim Garuda hanya bermain imbang tanpa gol melawan Bangladesh, tim tetangga satu regional dari Nepal, lawan lainnya di Kualifikasi Piala Asia 2023.
Tapi, situasi semrawut ini ternyata tidak menghalangi Shin Tae-yong menciptakan sebuah "masterpiece" bersama para pemain Timnas Indonesia, dengan mengalahkan Kuwait 2-1 di kandangnya.
Mungkin, ini terdengar berlebihan. Tapi, apa yang ditampilkan Witan Sulaeman dkk di lapangan benar-benar berbeda dari Timnas Indonesia yang biasa kita lihat.
Disebut demikian, karena anak asuh Shin Tae-yong menampilkan mental bertanding dan pendekatan bermain yang sama sekali berbeda.
Dari segi mental, pelatih asal Korea Selatan ini mampu membuat anak didiknya tampil dengan "Semangat 45", sebuah kombinasi dari semangat juang, lengkap dengan titik fokus dan strategi yang jelas.
Mereka tahu apa yang harus dilakukan saat Kuwait menyerang, begitu juga saat harus menyerang. Jelas, pengalaman Shin Tae-yong sebagai eks pelatih Timnas Korea Selatan yang mengalahkan Jerman 2-0 di Piala Dunia 2018 berbicara di sini.
Terbukti, meski bermain di kandang lawan dan sempat kebobolan lebih dulu lewat sundulan Yousef Al Sulaiman, gol penalti Marc Klok dan tendangan Rachmat Irianto mampu membalikkan keadaan.
Dari sisi taktik, ada proses membangun serangan yang runtut: dari belakang ke tengah, lalu ke depan. Ada disiplin yang mulai terlihat di sini.