Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Saat Provokasi Menjadi Kata Kunci

Diperbarui: 15 April 2022   07:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Momen kisruh pemain Atletico Madrid dan Manchester City di perempatfinal Liga Champions (Marca.com)

Babak perempatfinal Liga Champions telah tutup buku, dengan Manchester City, Real Madrid, Liverpool dan Villarreal lolos ke semifinal. Tapi, ada satu cerita yang tersisa darinya.

Cerita itu hadir, dari garis besar strategi Atletico Madrid saat menghadapi Manchester City dalam dua leg pertandingan. Meski kedua pertandingan ini hanya menghasilkan skor agregat 1-0, strategi yang diterapkan Atletico menjadi sorotan.

Seperti biasa, Jorge Koke dkk bermain rapat, dengan sistem pertahanan gerendel ala Italia. Di leg pertama, formasi 5-5-0 mereka bahkan menuai kritik tajam, karena tak ada satupun tembakan yang dibuat sepanjang pertandingan.

Di leg kedua, permainan Los Colchoneros memang lebih baik, tapi tak mampu menjebol gawang Ederson, sementara City mengontrol penguasaan bola seperti biasa. Pendek kata, Atleti dibuat buntu, oleh kebuntuan yang mereka buat sendiri.

Sebenarnya, tidak ada yang spesial dari strategi rival sekota Real Madrid itu, terutama saat bertemu tim kuat, kecuali satu hal: provokasi kepada tim lawan. Kok bisa?

Secara umum, ini adalah satu taktik andalan Diego Simeone, setiap kali Los Rojiblancos bertemu dengan lawan yang secara kualitas tim lebih baik. Makanya, pertandingan selalu berjalan alot, karena memang dikondisikan seperti itu sejak awal.

Secara taktis, El Cholo menyadari, strategi bermain agresif bisa saja diterapkan, tapi itu sama saja bunuh diri. Kecuali, jika menang jumlah pemain.

Pendekatan ini berbeda total, dengan apa yang biasa diterapkan Marcelo Bielsa, mentornya semasa bermain dulu. Seperti diketahui, El Loco dikenal berani bermain frontal, sekalipun kualitas tim lawan lebih bagus.

Masalahnya, jika hanya bertahan, sekuat apapun itu, pasti akan jebol juga. Makanya pelatih asal Argentina itu menambahkan fitur provokasi kepada anak didiknya.

Tujuannya, supaya pemain lawan tersulut emosi, dan diganjar kartu kuning (bahkan merah) dari wasit. Jika umpan provokasi ini berhasil dimakan tim lawan, merusak sistem permainan lawan dan membobolnya akan jauh lebih mudah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline