Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Melihat Geliat "Rekrutmen" Pemain Keturunan di Timnas Benua Afrika

Diperbarui: 26 Februari 2022   00:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Riyad Mahrez dan Hakim Ziyech (Getty composite/Goal.com)

Dalam beberapa waktu terakhir, banyak muncul pro kontra, soal "rekrutmen" pemain keturunan di Timnas Indonesia. Kebijakan ini menjadi satu ide PSSI, untuk memperkuat Timnas Indonesia.

Tapi, kalau mau dilihat lagi, fenomena ini sebenarnya normal. Di level yang lebih tinggi saja, ada sejumlah negara di benua Afrika yang juga melakukan. Fenomena ini belakangan menjadi tren.

Penyebabnya, ada sejumlah pemain keturunan, yang sebenarnya punya kemampuan bagus, tapi ada banyak pesaing di posisi serupa. Daripada tidak terpakai, mereka langsung diberi kesempatan masuk ke timnas negara leluhur, sebagai pemain kunci.

Di Pantai Gading misalnya, ada Wilfried Zaha (Crystal Palace) yang sempat memperkuat Timnas Inggris junior, sebelum akhirnya memilih berseragam The Elephants di level senior.

Sebelumnya, ada Timnas Maroko yang sukses mengamankan tenaga Hakim Ziyech, yang juga berpeluang memperkuat Timnas Belanda. Sayang, pada awal tahun 2022, gelandang Chelsea ini memutuskan pensiun dari Tim Singa Atlas, setelah berselisih dengan pelatih Vahid Halilhodzic.

Masih di Afrika Utara, tepatnya Aljazair, Tim Rubah Gurun punya sejumlah pemain kelahiran Prancis, yang menjadi pilar tim, dengan Riyad Mahrez sebagai bintang utama. Prestasinya pun oke, karena berbuah satu trofi Piala Afrika (2019) setelah sebelumnya menjadi perdelapanfinalis Piala Dunia 2014.

Tentunya, ini adalah satu kemajuan besar. Sebelumnya, negara tetangga Libia ini lebih banyak dikenal sebagai negara asal leluhur Zinedine Zidane (legenda sepak bola Prancis).

Beralih ke Mali, negara tanpa laut ini dikenal punya catatan menarik soal rekrutmen pemain keturunan. Di era 2000-an misalnya, Timnas Mali pernah diperkuat Frederic Kanoute dan Mohammed Sissoko.

Dua pemain kelahiran Prancis ini sama-sama populer di era 2000-an. Kanoute dikenal luas saat berseragam Sevilla dan Tottenham Hotspur, sementara Sissoko pernah memperkuat Valencia, Liverpool, dan Juventus, sebelum menutup karir bermain di liga Indonesia bersama Mitra Kukar.

Meski belum sampai lolos ke Piala Dunia, capaian mereka di Piala Afrika cukup lumayan. Dalam dua dekade terakhir, Si Elang mampu empat kali menjadi semifinalis Piala Afrika (2002, 2004, 2012 dan 2013)

Manuver merekrut pemain keturunan ini coba diulang MFF (PSSI-nya Mali) dengan mendekati tiga pemain keturunan Mali kelahiran Prancis, yakni Abdoulaye Doucoure (Everton), Moussa Dembele (Lyon) dan Ibrahima Konate (Liverpool). Ketiganya sama-sama pernah memperkuat Timnas Prancis di level junior, tapi masih belum dipanggil Les Bleus senior.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline