Bicara soal tim nasional dari negara-negara Afrika, kebanyakan pecinta sepak bola sering dibuat takjub, karena selalu saja hadir talenta kelas dunia.
Mereka rutin hadir di panggung dunia, dari generasi Roger Milla (Kamerun) di era 1980-1990an sampai Sadio Mane (Senegal) dan Mohamed Salah (Mesir) di era kiwari.
Meski kualitas tata kelola sepak bola di negara-negara Afrika masih jauh dari ideal, keberanian para pemain Afrika untuk keluar dari zona nyaman di dalam negeri justru membuat mereka mampu berkembang menjadi pemain kelas dunia.
Hasilnya, banyak pemain asal Benua Hitam jadi andalan di klub top Eropa. Bukan cuma itu, sejarah mencatat, ada satu pemain Afrika yang sukses meraih trofi Ballon D'Or dan pemain terbaik dunia versi FIFA secara bersamaan, yakni George Weah.
Legenda AC Milan yang sejak tahun 2018 menjadi presiden Liberia ini sukses mengawinkan kedua penghargaan individu tersebut pada tahun 1995.
Dari sini saja, kita bisa melihat, seberapa besar potensi pesepakbola asal Afrika. Tak heran, banyak pihak biasa menjagokan tim nasional dari Afrika bisa membuat kejutan, tiap kali Piala Dunia datang.
Memang, di level junior dan Olimpiade, tim-tim seperti Ghana, Nigeria dan Kamerun mampu membuat kejutan, bahkan mencatat prestasi cemerlang.
Belakangan, daftar itu bertambah dengan munculnya Senegal, yang sempat menembus perempat final Piala Dunia 2002 dan Olimpiade 2012, plus juara Piala Afrika 2021 di tahun 2022.
Sayang, di tingkat senior, ekspektasi itu sering meleset, karena banyak wakil Afrika yang justru melempem di putaran final, bahkan jadi bulan-bulanan.
Salah satu penyebab umumnya adalah, keputusan federasi yang terkesan "panik" saat tim nasional mereka gagal berprestasi di Piala Afrika, sekalipun pada saat bersamaan, mereka sudah lolos ke Piala Dunia dengan performa bagus.