Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Imlek, antara Memori dan Gap Generasi

Diperbarui: 1 Februari 2022   23:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi memori (Freepik.com)

Bicara soal momen Imlek, setiap orang mungkin punya perspektif sendiri, dan itu banyak dipengaruhi lingkungan terdekat masing-masing. Kadang, ada rasa berbeda dari satu tahun ke tahun lain.

Untuk Imlek tahun ini, sebenarnya kata memori masih mewarnai, karena  berkesempatan pulang kampung sebentar ke Wonosobo, satu kota kecil di Jawa Tengah, yang notabene kampung halaman saya.

Meski kotanya sudah lumayan berubah dibanding waktu saya kecil dulu, ada potongan-potongan memori yang masih hadir dalam ingatan.

Misalnya, dalam perjalanan waktu berkunjung ke makam Opa dan Oma, ingatan saya melayang sejenak ke momen waktu saya berjalan kaki ke sana bersama Opa waktu menengok makam Oma.

Saya ingat, kami berjalan kaki pulang pergi tanpa terburu-buru. Maklum, kompleks pemakaman itu terletak di atas bukit, dan jalan aspal menuju ke sana lumayan menanjak dan menurun.

Meski setiap sampai di rumah saya selalu kelelahan, pada saat bersamaan saya selalu merasa lega, karena selalu bisa melakukannya dengan baik.

Di sisi lain, meski Opa tak pernah membakar semangat seperti motivator di televisi, momen "jalan-jalan" itu tak pernah membosankan, karena kami bisa saling bertukar posisi, saat mendengar atau didengar. Dari sini juga, Opa banyak mengajarkan soal penerimaan diri.

Sebagai contoh, kalau saya tersandung dan jatuh, Opa selalu memberikan sedikit waktu untuk menenangkan diri, sebelum lanjut berjalan, sambil mengingatkan saya untuk hati-hati dan tidak terburu-buru, karena inilah "ciri" tubuh saya: tidak dirancang untuk bisa bergerak cepat.

Kalaupun sedang tidak beruntung karena mengalami cedera, masalah ini seharusnya tetap bisa diterima sebagai sebuah kecelakaan. Ada kalanya hal-hal seperti ini tidak bisa dihindari. Tidak semua hal berada dalam kendali mutlak manusia.

Jujur, cara pandang ini selalu bisa membuat saya punya keberanian yang sama, untuk berjalan tanpa trauma dan rasa takut pada jatuh atau cedera. Satu hal yang jadi "missing link" sejak Opa berpulang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline