Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Saat Sebuah Kabar Terasa Sangat Berharga

Diperbarui: 12 Desember 2021   02:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Kompas.com)

Sebelumnya, saya perlu menjelaskan, ini adalah pendapat berdasarkan sudut pandang saya sebagai seorang penyandang disabilitas, berdasarkan kejadian yang belum lama ini saya alami.

Sejak kembali menjadi pekerja serabutan selama setahun terakhir, mencari lowongan kerja tetap menjadi satu hal yang kadang saya coba. Sambil mengerjakan project, atau sesekali bantu-bantu mengurus pesanan dodol di rumah, eksperimen ini layak dicoba.

Di satu sisi, bekerja freelance memang menyenangkan, tapi ketidakpastian yang ada di dalamnya membuat saya mencoba mencari opsi yang lebih stabil. Iseng-iseng mungkin berhadiah.

Kebetulan, ada dua lembaga penyalur tenaga kerja disabilitas, yang memberi saya dua perspektif berbeda, meski sama-sama berbasis di Jakarta. Lembaga pertama menjadi tempat saya mendapat pelatihan prakerja dan magang di satu perusahaan yang bergerak di bidang fashion, tak lama setelah saya kena PHK akibat imbas pandemi, sekitar setahun lalu.

Setelah itu, mereka memang menginformasikan beberapa lowongan kerja kontrak. Ada yang saya tindak lanjut, ada yang tidak. Untuk yang tidak, kebanyakan karena pada saat itu saya sedang berhalangan, entah karena sedang ada project atau situasi yang kurang kondusif.

Masalahnya, mereka cenderung bergerak dengan mode "hit and run" alias "tabrak lari". Dalam artian, mereka menghubungi tiba-tiba, dan tanpa ba-bi-bu langsung meminta untuk secepatnya merespon. Selanjutnya, mereka langsung menjadwalkan wawancara virtual dalam waktu dekat.

Kedengarannya bagus, tapi setelahnya mereka menghilang sama sekali. Kalaupun muncul lagi, mereka datang dengan membawa informasi lowongan kerja kontrak lain, yang harus segera direspon.

Di sini, saya sedikit jengkel, karena gaya komunikasi mereka kurang baik. Tidak ada informasi pada tahap follow up, langsung menghilang begitu saja. Kebetulan, saat itu virus varian delta sedang meledak di Indonesia. Melihat situasinya, ini bisa dimengerti, tapi gawat kalau ternyata jadi kebiasaan.

Pengalaman ini membuat saya lebih berhati-hati saat mencoba platform sejenis. Butuh beberapa waktu untuk minggir sejenak, sebelum akhirnya mencoba lagi saat situasi berangsur membaik.

Makanya, ketika ada kesempatan lain di media sosial, saya lalu mencoba. Berawal dari iseng-iseng mengisi link google form, saya lalu mendapat kesempatan wawancara bertahap dengan sebuah BUMN sektor finansial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline