Hari Minggu, 5 Desember 2021, menjadi penanda awal perjalanan Timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2020. Meski baru akan bertanding melawan Kamboja pada 8 Desember mendatang, ada cukup banyak ekspektasi yang mengiringi, bersama harapan-harapan positif.
Di satu sisi, ini bisa dimengerti, karena harapan publik sepak bola nasional selalu besar. Sekalipun tata kelola sepak bola nasional masih bobrok, dahaga akan prestasi selalu saja besar.
Apalagi, Tim Garuda adalah tim spesialis patah hati di sini. Lima kali lolos ke final, walau akhirnya selalu tumbang, sebuah rekor yang tentu saja membuat banyak orang merasa penasaran.
Setelah ambyar di edisi 2018 lalu, sedikit harapan memang hadir, seiring progres Timnas Indonesia di bawah arahan Shin Tae-yong. Dalam kondisi yang sebenarnya serba tak ideal, ada progres positif yang dicapai, setidaknya dalam hal determinasi dan stamina.
Di bawah komando pelatih asal Korea Selatan ini, Evan Dimas dkk memang sudah lebih kuat secara fisik, dan lebih ngotot saat kehilangan bola. Sebuah capaian yang baik, saat kompetisi nasional sempat vakum lama akibat imbas pandemi.
Masalahnya, tim-tim peserta lain juga tak kalah set. Kamboja masih terus berproses bersama Keisuke Honda. Sementara itu, Laos kali ini diperkuat Billy Ketkeophomphone, pemain keturunan yang bermain di Ligue 2 Prancis bersama USL Dunkerque.
Itu baru Laos dan Kamboja, dua tim yang sering jadi bulan-bulanan di Asia Tenggara. Bagaimana dengan Vietnam dan Malaysia?
Kedua tim ini sama-sama punya modal cukup wah. Vietnam masih dilatih si nyentrik Park Hang Seo dan lolos ke babak akhir kualifikasi Piala Dunia 2022, sekaligus lolos ke Piala Asia 2023, meski jadi lumbung poin tim lawan.
Bagaimana dengan Malaysia? Tim Harimau Malaya mempersiapkan tim yang diperkuat beberapa pemain naturalisasi.
Dengan masih kuatnya Vietnam, dan progres positif yang dibuat tim-tim lain, penting untuk Timnas Indonesia tetap waspada dan fokus. Tidak boleh sedikit pun meremehkan lawan, karena itu bisa berakibat fatal.