Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Menunggu

Diperbarui: 22 November 2021   17:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi menunggu (Tribunnews.com)

Ada berbagai macam rasa di sini. Mulai dari surprise, harap-harap cemas, sampai bodo amat. Semua kembali ke situasi personal masing-masing.

Saya sendiri sempat mengalami berbagai macam situasi, tapi kalau boleh jujur, saya paling benci menunggu dalam satu situasi begini: pihak yang ditunggu muncul seenaknya, lalu menuntut untuk cepat bergerak di awal, bahkan memberi deadline cukup mepet, tapi meng-ghosting kemudian.

Kalau kata Dian Sastro:

Bilang-bilang sayang

Lalu hilang tanpa bayang, sesuka diri

Saya sangat benci situasi ini, karena rasanya seperti jadi sandera. Fokus kesini rasanya percuma karena stagnan, kalau fokus ke yang lain, yang ini malah bisa mengganggu kapan saja. Maju kena, mundur kena.

Dalam situasi begini, saya biasa bergerak sebisanya. Saat ada hal lain yang bisa dikerjakan, saya mengalihkan perhatian kesana dan segera menyelesaikannya.

Mungkin, tindakan saya ini terlihat tidak loyal, tapi saya merasa ini jauh lebih baik daripada diam menunggu tanpa daya. Jika hanya terdiam, saat harus bergerak, saya hanya akan mati langkah karena tidak tahu harus berbuat apa.

Sekali kena pukul, bisa langsung ambruk. Kalau sudah begini, butuh waktu lagi untuk mau bergerak lagi. Andai dapat kabar baik, malah bingung harus berbuat apa.

Bagian lain yang tak kalah menyebalkan adalah, kalau misalnya pihak yang ditunggu ini memberi jawaban halus tapi berbelit-belit, yang intinya cuma satu kata: ya atau tidak. Padahal, kalau mereka bisa jujur sejak awal, saya tidak perlu tersandera atau ter-ghosting. Semua pihak juga bisa bergerak lebih lincah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline