Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Timnas Belanda, Antara Keraguan dan "Excitement"

Diperbarui: 9 Juni 2021   21:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selebrasi gol pemain Timnas Belanda ke gawang Georgia dalam laga persahabatan jelang Piala Eropa 2020 (Bolasport.com)

Antara keraguan dan "excitement". Inilah dua warna yang hadir bersamaan di pikiran saya (dan fans Timnas Belanda) jelang dimulainya Piala Eropa 2020.

Keraguan muncul, karena tim juara Euro 1988 ini terakhir tampil di turnamen akbar pada Piala Dunia 2014. Selebihnya, mereka gagal lolos kualifikasi.

Secara khusus, pada penampilan terakhir di Piala Eropa, yakni Piala Eropa 2012 saja, mereka tersingkir di fase grup, setelah kalah dari Jerman dan Portugal, dua tim yang kala itu melaju sampai ke semifinal.

Berhubung sebagian personel Tim Oranye saat ini, misalnya Frenkie De Jong (Barcelona) dan Matthijs De Ligt (Juventus) masih belum berpengalaman di turnamen besar antarnegara, agak sulit mengharapkan Memphis Depay dkk melaju jauh. Kecuali jika mereka bisa bermain kompak sebagai sebuah tim.

Ditambah lagi, grafik performa De Oranje belakangan ini agak menurun bersama pelatih Frank De Boer.

Padahal, dengan materi tim yang kurang lebih sama, Ronald Koeman berhasil membawa tim ini ke final UEFA Nations League dan lolos ke Piala Eropa.
Tentunya, ini murni karena eks pelatih Ajax Amsterdam kurang pengalaman melatih di level Timnas.

Keraguan semakin kuat, setelah belakangan Donny Van De Beek (Manchester United), dan Jesper Cillessen (Valencia) dipastikan absen, masing-masing karena cedera dan terinfeksi virus Corona. Sebelumnya, kapten tim Virgil Van Dijk sudah lebih dulu dipastikan absen karena masih menjalani program rehabilitasi pascacedera lutut parah saat bermain bersama Liverpool.

Boleh dibilang, Timnas Belanda tak tampil dengan kekuatan penuh di turnamen ini. Mereka senasib dengan Spanyol yang tak diperkuat satupun pemain Real Madrid.

Tapi, tetap saja ada "excitement" tersendiri tiap kali Oranje tampil di turnamen mayor. Mereka selalu punya gaya main dan kejutan yang menarik, entah secara taktis maupun teknis.

Sebagai contoh, di Piala Eropa 2008, Belanda, yang kala itu dilatih Marco Van Basten sukses mengalahkan Prancis dan Italia, dua tim finalis Piala Dunia 2006 di fase grup dengan formasi 4-2-3-1. Padahal, pola ini bukan pola lazim di Belanda, yang dikenal lekat dengan pola 4-3-3.

Contoh lainnya, Belanda sukses meraih medali perunggu di Piala Dunia 2014, dengan gaya main agresif, termasuk saat mengalahkan juara bertahan Spanyol 5-1 di fase grup, meski pelatih Louis Van Gaal lebih banyak mengandalkan pola 5-3-2.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline