Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Suatu Sore di Kotagede

Diperbarui: 5 Januari 2021   12:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disambut lukisan unik (Dokpri)

Pada Senin (4/1) saya berkesempatan menyambangi momen "soft opening" Warung Kopi Lumbung Mataram, bersama rekan-rekan dari komunitas Kompasianer Jogjakarta (K-Jog). Warkop ini terletak di daerah Purbayan, Kotagede, Yogyakarta.

Tapi, jangan khawatir, ini bukan warung kopi kekinian yang mengandalkan menu kopi susu gula aren. Berbeda dengan warkop pada umumnya Warkop Lumbung Mataram ini berada di rumah bergaya Jawa klasik, lengkap dengan pendapa atau aula terbukanya.  

Menurut penuturan Ibu Zuraida, selaku  pengelola, rumah tempat warkop ini sudah berusia sekitar 200 tahun, dan tetap dijaga keasliannya sampai generasi keempat, alias generasi pemilik rumah saat ini.

Pada awalnya, bangunan ini adalah rumah hunian, sebelum akhirnya dibuka oleh keluarga pemilik rumah, untuk tempat acara bakti sosial atau pertunjukan kesenian tradisional, seperti pagelaran wayang kulit.

Nama "Lumbung Mataram" sendiri diambil dari nama program bantuan pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan latar belakang sejarah Kotagede, sebagai daerah kaya di Yogyakarta pada masa lalu.

Dari segi suasana dan menu makanan, kata "unik" menjadi rangkuman sederhana. Disebut demikian, karena, menu makanannya adalah masakan rumahan dengan menu lengkap, tanpa menguras isi kantong. Ada nasi, lauk, dan sayuran, dilengkapi dengan minuman teh atau kopi bercitarasa "nasgitel" (panas, legi, kentel, alias panas, manis kental).

Siap disantap (Dokpri)

Satu menu unik yang tersaji di sini adalah nasi kucing yang dibungkus daun jati. Satu kombinasi yang mungkin agak tidak biasa, tapi bisa menjadi satu keunikan khas di sini.

Keunikan lainnya, ciri klasik pada bangunan di sini sangat khas. Selain karena orisinalitasnya, suasana dan konsep "unik" yang ditampilkan, membuat saya serasa sedang mampir ke rumah nenek di desa.

Keunikan itu semakin lengkap, karena ada lukisan unik seperti pada foto di atas. Lukisan bergaya surealis ini seperti "penyambut tamu" karena mampu menampilkan secara sederhana, seperti apa karakter dan konsep yang menjadi ciri khas.

Saya sendiri merasakan suasana tersebut, dan merasa nyaman karenanya. Saking nyamannya, saya sampai membuat tulisan ini dan jadi dalam waktu singkat. Rasanya unik, seperti seorang pemain "nomor punggung 10" yang mendapat bola.

Foto bersama (Dokpri)

Warkop ini cukup "recommended", bagi mereka yang ingin bernostalgia dengan suasana desa, mencari inspirasi, dan menikmati resep klasik seperti di rumah nenek, tanpa harus pergi ke rumah nenek. Anda bisa mampir ke sini dengan naik sepeda atau sepeda motor saat berkunjung ke Yogyakarta.

Tapi, jangan lupa tetap mentaati protokol kesehatan yang berlaku, supaya perut kenyang dan tubuh tetap sehat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline