Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Kembalinya Sebuah Mimpi Buruk

Diperbarui: 29 Desember 2020   10:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (dreamstime.com)

"Kamu akan baik-baik saja, dan tidak akan ada omongan apapun saat kembali."

Itulah satu kalimat yang kudengar, dan ikut membawaku pulang ke rumah. Pagebluk dan semua ketidakpastian yang ada di ibukota pada, akhirnya membuatku pulang ke Kota Klasik.

Aku paham, mereka khawatir dengan keadaan, tapi bukan berarti aku mau menuruti begitu saja. Bukannya tidak menurut, aku hanya ingin mendapat kejelasan, apa yang akan kulakukan di sana, dan bagaimana kelanjutannya nanti.

Jujur saja, aku masih belum lupa, bagaimana suasananya. Ada dikte, ada pandangan subjektif yang jelas tak objektif, dan pandangan meremehkan.

Saat aku diminta pulang, bayangan itu sampai terbawa mimpi. Mereka begitu memandang buruk keadaanku, dan menganggap apa yang selama ini sudah kujalani tak ada gunanya.

Mereka masih saja mengagungkan Kota Klasik dan segala kisahnya. Ini memang tempat sarat memori, tapi hanya itu saja.  Aku tak ingin jadi budak kenangan. Tak ada kemajuan.

Di usia ini, semua hal romantis itu hanya racun. Buat apa dipelihara?

Aku akhirnya pulang, setelah ada satu kesempatan yang cukup baik, kongkrit, dan mengizinkanku mulai setelah tahun baru datang. Aku menyelesaikan dulu semua tugas, sebelum akhirnya pulang dan istirahat total.

Bukannya malas, aku hanya ingin isi baterai sebelum memulai lagi dari awal. Tahun kembar ini sudah terlalu melelahkan luar dalam.

Tapi apa yang terjadi?

Aku mendapat dikte, dikte, dan dikte, pada saat mengisi baterai. Aku diseret kembali ke dalam satu cara pandang yang sudah lama terkungkung dalam suasana Kota Klasik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline