Dalam sepak bola, ada pemain yang loyal, alias enggan berpindah klub sepanjang karir seniornya, seperti Carles Puyol atau Paolo Maldini. Ada juga pemain petualang yang kerap berpindah klub, dan mencicipi berbagai macam liga di beberapa negara, misalnya Zlatan Ibrahimovic.
Keduanya memang dua kutub dalam karir seorang pesepakbola. Tapi, ada juga pemain yang perjalanan karir seniornya merupakan perpaduan keduanya.
Dalam artian, karir seniornya cukup awet di satu klub, tapi ia sudah berpetualang kemana-mana sebagai pemain pinjaman. Kasus ini terjadi pada Lucas Piazon (26), pemain Chelsea asal Brasil.
Di level junior, pemain yang awalnya bermain futsal ini memulai kiprahnya di akademi Coritiba (2001-2006) dan berlanjut di Atletico Paranaense (2007-2008). Kedua klub ini merupakan kontestan Liga Brasil.
Namanya mulai dikenal, saat pindah ke akademi Sao Paulo. Di klub raksasa Brasil ini, Piazon kerap disebut sebagai penerus Ricardo Kaka, karena wajahnya yang rupawan dan posisi "pemain nomor 10" nya.
Kebintangannya di klub masa muda Ricardo Kaka ini memang membawa efek positif. Namanya masuk Timnas junior Brasil bersama Marquinhos, bek yang kini menjadi pilar PSG dan Timnas Brasil senior.
Keduanya menjadi pemain kunci, saat Tim Samba junior menjuarai turnamen sepak bola Amerika Selatan (setara Copa America di level senior) di tingkat U-15 (2009) dan U-17 (2011). Catatan bagus itu berlanjut, saat Brasil menjadi semifinalis Piala Dunia U-17 2011.
Talenta pemain yang sempat disebut sebagai "The Next Kaka" lalu menarik minat Chelsea untuk merekrutnya pada tahun 2011. Di klub London ini, perjalanannya dimulai dari tim junior, dan sempat membawa tim juara FA Youth Cup.
Kesempatan baru datang di tahun berikutnya. Hanya saja, banyaknya pemain berkualitas di The Blues membatasi menit bermainnya.
Tercatat, pemain yang turut serta dalam tur pramusim Chelsea ke Indonesia ini hanya mencatat tiga penampilan bersama Chelsea. Rinciannya, sekali tampil di Liga Inggris sebagai pemain pengganti, dan dua penampilan starter di Piala Liga Inggris.
Untuk menambah jam terbangnya, Chelsea lalu meminjamkannya ke Malaga di paruh kedua musim 2012/2013. Meski lebih banyak berperan sebagai pemain pengganti, kiprahnya di klub Liga Spanyol ini cukup berkesan, karena ia sempat merasakan bermain di Liga Champions, saat Malaga secara mengejutkan mampu lolos ke babak perempatfinal.