Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Kisah Berbeda di "Neraka Dingin" Amerika Latin

Diperbarui: 14 Oktober 2020   16:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Stadion Hernando Siles di La Paz, Bolivia yang berlokasi di dataran tinggi membuat tim-tim tamu harus punya waktu cukup untuk aklimatisasi suhu dingin di sana. (Sumber gambar: Getty Images via bbc.co.uk)

Bicara soal sepak bola Amerika Latin, ada dua kota yang layak disebut "neraka dingin", yakni Quito (Ekuador) dan La Paz (Bolivia). Maklum, kedua kota tersebut berada di area dataran tinggi.

Sebagai informasi, Kota Quito di Ekuador berketinggian 2.850 meter di atas permukaan laut, alias setara dengan ketinggian Gunung Tambora di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kota ini adalah ibu kota Ekuador.

Sementara itu, La Paz berketinggian 3.640 meter di atas permukaan laut, hampir sama dengan ketinggian Gunung Semeru (3.676 meter) di Provinsi Jawa Timur. Kota ini adalah ibu kota Bolivia.

Dengan suhu udara lebih rendah dan kadar oksigen tipis, kedua kota tersebut menciptakan keuntungan tersendiri bagi Timnas Bolivia dan Ekuador. Mereka sudah terbiasa secara fisik, selagi tim tamu harus kewalahan.

Dalam situasi seperti sekarang, mungkin pertandingan berlangsung tanpa penonton. Tapi, faktor geografis ini saja sudah membuat lawan sangat menderita. Jadi, bisa dibayangkan, seberapa menyeramkan atmosfernya, jika kedua stadion ini terisi penuh.

Faktor ini jugalah, yang membuat tim-tim kuat macam Brasil, Argentina, dan Uruguay kerap keteteran saat bertandang ke Ekuador dan Bolivia.

Sebagai contoh, di kualifikasi Piala Dunia 2018 lalu, Argentina dipaksa kalah 0-2. Di ajang kualifikasi Piala Dunia 2010, Lionel Messi cs juga sempat dipermak 6-1 di tempat yang sama. Pemain Timnas Brasil pun sempat diketahui memakai masker oksigen saat jeda babak pertama di sini.

Tapi, pada pertandingan kedua kualifikasi Piala Dunia 2022 zona CONMEBOL, Rabu (14/10, pagi WIB), tersaji dua cerita berbeda. Meskipun, pada prosesnya tim tamu sama-sama dibuat kewalahan.

Di Estadio Rodrigo Paz Delgado, Ekuador berhasil memanfaatkan faktor keunggulan geografis, plus absensi Edinson Cavani dengan baik saat menjamu Uruguay.

Hasilnya, mereka mampu bermain agresif, dengan mengimbangi penguasaan bola Diego Godin dkk, dan mencetak empat gol ke gawang Martin Campana. Keempat gol La Tricolor dicetak Moises Caicedo, Michel Estrada (dua gol), dan Gonzalo Martinez.

Ekuador Vs Uruguay (Futbolred.com)

La Celeste sebenarnya sempat memberi perlawanan, lewat sepasang gol penalti Luis Suarez di lima belas menit terakhir pertandingan. Tapi, margin empat gol yang dicetak Ekuador terlalu sulit untuk dikejar. Apa boleh buat, tim asuhan Oscar Tabarez kalah dengan skor 2-4.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline