Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Memaklumi Pendekatan Shin Tae Yong

Diperbarui: 3 September 2020   13:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Shin Tae Yong, Pelatih Timnas Indonesia (Kompas.com)

Bicara soal kiprah Shin Tae Yong (STY) sebagai pelatih Timnas Indonesia, satu hal yang banyak disorot adalah latihan intensif diterapkannya. Secara khusus, aspek yang banyak digemblengnya adalah daya tahan fisik dan disiplin.

Hal ini menjadi sorotan pelatih asal Korea Selatan, karena daya tahan fisik pemain kita dinilai masih kurang untuk bermain selama 90 menit penuh. Begitu juga dalam hal disiplin dengan pola makan sebagai salah satu hal yang banyak disorot.

Dalam hal disiplin, pelatih kelahiran tahun 1970 ini juga tak kenal kompromi. Teraktual, jelang pemusatan latihan di Kroasia, STY mencoret Serdy Ephy Fano dan Ahmad Afhridrizal, karena mereka terlambat 10 menit saat mengikuti latihan pagi.

Alhasil, banyak pihak yang membandingkannya dengan Anatoly Polosin, pelatih Tim Garuda saat meraih medali emas SEA Games 1991. Prestasi ini dapat diraih, antara lain berkat latihan fisik intensif, yang digeber sang pelatih asal Rusia, khususnya pada masa persiapan.

Pertanyaannya, mengapa STY lebih berfokus pada aspek fisik (dan disiplin) ketimbang teknik?

Jawabannya sederhana, eks pelatih Timnas Korea Selatan ini memang sudah mengamati pemain kita dengan cermat. Untuk kemampuan individu, secara umum tidak ada masalah besar, tapi tidak dengan fisik dan disiplin.

Secara skill individu, pemain kita memang punya dasar cukup baik. Potensinya cukup besar, dan sudah banyak diakui secara luas.

Masalahnya, daya tahan fisik pemain kita tidak cukup kuat untuk mendukung kemampuan ini. Sederhananya, skill individu hanya bisa bekerja optimal, saat kondisi fisik bagus.

Saat kondisi fisik mulai lelah, kemampuan ini hanya akan menghasilkan blunder demi blunder. Penyebabnya, konsentrasi ikut menurun bersama stamina.

Penurunan ini juga mengakibatkan kestabilan emosi turun. Akibatnya, pemain rawan tersulut emosi, dan mudah termakan provokasi pemain lawan.

Dalam banyak kesempatan, masalah daya tahan fisik yang kendor ini sering muncul, khususnya di babak kedua. Akibatnya, Tim Merah Putih kerap jadi bulan-bulanan lawan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline