Juara. Inilah prestasi yang dicapai Liverpool di Liga Inggris musim 2019/2020. Status ini resmi diraih Liverpool, setelah kemenangan 4-0 Mohammad Salah dkk atas Crystal Palace di Anfield, Kamis (25/6), justru direspon Manchester City dengan kekalahan 1-2 di markas Chelsea.
Kekalahan City didapat, setelah gol-gol Christian Pulisic dan Willian hanya mampu dibalas satu gol Kevin De Bruyne. Sebetulnya, masih ada 7 pertandingan tersisa, tapi berhubung jarak poin Liverpool (nilai 86) dan City (63) adalah 23 poin, secara matematis poin Liverpool sudah tidak bisa dikejar lagi. Inilah rekor baru di Liga Inggris era modern.
Selain mengakhiri puasa gelar juara liga sejak 1990, gelar juara ke 19 sepanjang sejarah Liverpool ini diraih dengan performa ciamik. Dari 31 pertandingan yang sudah dijalani, Jordan Henderson cs hanya mencatat dua hasil imbang (0-0 Vs Everton dan 1-1 di markas Manchester United) dan satu kekalahan (0-3 atas Watford), selebihnya, sapu bersih.
Sebagai seorang Kopites, gelar juara kali ini mungkin menjadi sesuatu yang "baru" dan "lain dari yang lain", seperti halnya Piala Dunia Antarklub, yang pertama kali didapat Liverpool akhir tahun 2019 silam. Mungkin, Liga Inggris tidak seprestisius Liga Champions, yang uniknya sudah diraih Liverpool 2 kali di era modern (2005 dan 2019).
Tapi, panjangnya masa penantian Liverpool di Liga Inggris, menjadi satu hal yang unik. Karena, pada prosesnya Si Merah banyak mengalami naik turun. Tragisnya, setiap kali punya peluang juara liga cukup besar, Liverpool selalu bernasib apes, seperti yang terjadi di musim 2008/2009, 2013/2014 dan 2018/2019.
Selalu saja ada halangan, mulai dari kehilangan poin di periode krusial, tragedi "terpeleset" nya Steven Gerrard, sampai clearance krusial John Stones di garis gawang. Apa boleh buat, Liverpool seperti sedang lekat dengan nasib apes di liga, padahal gelar juara di ajang lain dapat diraih, termasuk Liga Champions, yang banyak didambakan klub raksasa Eropa, karena dianggap sebagai titik puncak kesuksesan, terutama jika sudah mendominasi di liga domestik.
Tapi, kedatangan Juergen Klopp tahun 2015 mampu membuat peruntungan Liverpool berubah. Di bawah Klopp, Liverpool menjadi tim yang terus berkembang. Uniknya, Klopp justru menjadikan kekalahan di momen penting, sebagai titik awal pelecut semangat tim.
Titik awalnya terjadi di final Liga Europa musim 2015/2016, saat kalah 1-3 dari Sevilla. Kekalahan ini membuat Liverpool gagal lolos ke liga Champions musim berikutnya. Tapi, grafik performa mereka di liga domestik meningkat, dan mampu lolos ke Liga Champions, setelah finis di posisi empat besar.
Setelahnya, Liverpool mampu membuat kejutan, dengan langsung lolos ke final Liga Champions musim 2017/2018. Sialnya, tragedi cedera bahu Mohamed Salah, dan blunder ganda Loris Karius memaksa Liverpool takluk 1-3 atas Real Madrid.
Tapi, kekalahan ini justru menjadi pelecut berikutnya buat Liverpool. Di musim berikutnya, selain mendatangkan pemain baru macam Allison dan Fabinho, Liverpool juga mampu menaikkan level.
Di liga domestik, Sadio Mane dkk naik kelas, dari yang sebelumnya menjadi "pesaing di posisi empat besar" menjadi "penantang serius" Manchester City yang sedang digdaya bersama Pep Guardiola. Hasilnya, City yang di musim sebelumnya bak menempuh jalan tol, mampu dibuat ketar-ketir sampai pekan terakhir kompetisi.