Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Aku, Tembok, dan Jendela

Diperbarui: 15 Mei 2020   19:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Pixabay.com)

Dulu mereka terlupakan
Meski mereka selalu sama
Tembok menatap dingin dalam tegap
Jendela menatap tajam dalam diam

Hiruk pikuk mereka dengar
Lalu lalang mereka lihat
Ingar bingar mereka rasa
Meski manusialah yang jadi pusat

Tapi semua kini berbeda
Manusia terdiam karena wabah
Hiruk pikuk lalu lalang ingar bingar
Semua pergi entah kemana

Dalam diam mereka jadi teman
Bukan teman sembarang teman
Tembok jadi telinganya
Jendela jadi matanya

Dari tembok aku mendengar
Celoteh riang para bocah
Lagu kasak kusuk tanpa nada
Nyanyian cemas tanpa irama

Dari jendela aku melihat
Ledakan amarah tanpa daya
Kebebasan dalam pasungan
Kebebalan berbaju kecerdasan

Semua kulihat dan kudengar
Tanpa ada sensor berlebihan
Tanpa ada pemelintiran
Tanpa ada keberpihakan

Tembok jendela memberi kenangan
Tanpa gelombang rayuan gombal
Tak pernah bilang-bilang sayang
Tak pernah hilang tanpa bayang

Mereka bernyanyi tanpa kata
Mereka berpuisi tanpa rima
Mereka kaya tanpa harta
Karena mereka apa adanya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline