Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Pandemi Corona dan Bursa Transfer Pemain

Diperbarui: 20 April 2020   23:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Pixabay.com)

Dalam beberapa tahun terakhir, harga menjadi satu sorotan utama, di bursa transfer liga-liga top Eropa. Entah terkena lonjakan inflasi macam apa, harga jual seorang pemain bisa menembus angka ratusan juta euro

Oke, jika si pemain adalah seorang pemenang Piala Dunia seperti Antoine Griezmann, atau pernah meraih "treble winner seperti Neymar, harga mahal memang layak buat mereka. Berkualitas, populer, dan berprestasi, tak perlu diperdebatkan lagi.

Status "manusia ratusan juta" ini, baru akan jadi lelucon, jika performa si pemain naik turun seperti Coutinho, atau akrab di ruang perawatan seperti Ousmane Dembele. Karena, meski punya talenta dan catatan performa bagus di klub sebelumnya, mereka sama-sama melempem di Barcelona, dengan masalah masing-masing.

Di era kekinian, memang ada beberapa faktor, yang membuat harga jual seorang pemain begitu tinggi. Bukan melulu soal performa di lapangan hijau, tapi juga soal nilai jual dari segi bisnis.

Tak heran, nilai jual seorang pemain bisa melesat seperti roket. Sebagai contoh, klausul pelepasan pemain bintang klub-klub besar liga Spanyol, biasanya mencapai angka ratusan juta euro. Standar angka setinggi ini muncul, tak lama setelah PSG menebus angka klausul pelepasan Neymar dari Barcelona tahun 2017.

Hingga kini, angka 222 juta euro yang dibayarkan Les Parisiens ke Barca, masih jadi angka termahal. Tapi, dengan makin kompleksnya aspek-aspek yang dijadikan pertimbangan dalam menghitung nilai transfer pemain, dan godaan fulus pastinya.

Mau tak mau kekhawatiran akan makin gilanya harga seorang pemain kian mengemuka. Bukan tak mungkin, akan ada seorang pesepakbola berharga miliaran euro atau pounds dalam waktu dekat. Apalagi, perputaran uang di sepakbola modern kian menggila.

Sayangnya, perputaran uang ini lebih banyak dinikmati klub besar. Sementara itu, regulasi "Financial Fair Play" UEFA belum banyak membantu. Apa boleh buat, kesenjangan yang sudah ada cenderung naik.

Tapi, pandemi COVID-19 yang belakangan merajalela, sukses membuat situasi berubah total. Kompetisi ditangguhkan sampai batas waktu yang belum diketahui, bahkan ada yang diundur dari jadwal semula.

Yang paling mengejutkan, klub-klub besar macam Juventus, Real Madrid dan Barcelona, sampai harus melakukan pemotongan gaji pemain. Sesuatu yang tidak terbayangkan sebelumnya. Tapi, dari sini kita bisa melihat, segawat apa situasi yang sedang berkembang.

Alhasil, transfer pemain berharga "wah" akan terhenti sejenak. Semua klub akan lebih dulu berusaha menstabilkan kondisi keuangan mereka dulu, sebelum kembali jor-joran seperti dulu. Maklum, pandemi COVID-19 ini sudah mengguncang hebat sektor keuangan mereka. Pengeluaran masih ada, tapi pemasukan nyaris tak ada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline