Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Kisah Sebuah Panggung Perpisahan

Diperbarui: 15 April 2020   00:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Logo Piala Dunia 1990 (Alamy.com)

Bicara soal Piala Dunia 1990 di Italia, kebanyakan orang, biasanya akan langsung menyebut sejumlah momen terkenal, yang menghiasi turnamen ini.

Ada yang mengingat momen kejayaan Jerman arahan Franz Beckenbauer. Ada yang mengingat aksi "goyang bahu" Roger Milla (Kamerun). Ada juga yang mengingat momen sedih Paul Gascoigne (Inggris).

Semua momen itu, dan berbagai momen lain yang turut mewarnainya, turut mengisi ingatan pecinta sepakbola dari waktu ke waktu.

Tapi, diantara semua momen itu, ada satu catatan sejarah cukup menarik. Dimana, turnamen ini menjadi satu panggung perpisahan, bagi satu regulasi lawas, dan tiga negara Eropa Timur. Uniknya, turnamen ini sekaligus menjadi penampilan penutup Jerman Barat.

Secara regulasi, Piala Dunia 1990 menjadi "panggung perpisahan" untuk sistem poin gaya lama. Dimana, nilai sebuah kemenangan masih dua poin. Sistem ini menciptakan tren bermain defensif, dan mencapai puncaknya di turnamen ini.

Tak heran, kritik muncul dari berbagai pihak. Alhasil, FIFA lalu mengubah nilai poin kemenangan bukan hanya dua, tetapi tiga. Di Piala Dunia, aturan tiga poin ini mulai berlaku pada Piala Dunia edisi 1994 di Amerika Serikat hingga kini.

Di sisi lain, Piala Dunia 1990 menjadi panggung perpisahan tiga negara Eropa Timur, yakni Uni Soviet, Cekoslovakia, dan Yugoslavia.

Seperti diketahui. Uni Soviet bubar di tahun 1991, disusul Yugoslavia tahun 1992. Sementara itu Cekoslovakia bubar di awal tahun 1993.

Meski begitu, cerita kiprah mereka di Italia agak berbeda. Uni Soviet yang datang sebagai tim finalis Piala Eropa 1988 justru babak belur di fase grup. Dari tiga kali bermain, tim Beruang Merah selalu kalah dengan kebobolan dua gol, yakni versus Argentina (kalah 0-2), Romania (0-2) dan Kamerun (1-2).

Rinat Dasayev (IFFHS.de)

Capaian ini jelas sebuah kemunduran drastis, karena mereka datang dengan materi pemain nyaris sama dengan saat Euro 1988, dengan kiper Rinat Dasayev sebagai kapten tim, dan Valeri Lobanovskiy sebagai pelatih.

Ini menjadi penampilan penutup yang menyedihkan bagi Uni Soviet, karena setahun setelahnya negara ini bubar. Kini, negara-negara eks Uni Soviet mencakup wilayah Asia Tengah (misal, Uzbekistan dan Kazakhstan) dan sebagian Eropa Timur (misal Rusia dan Ukraina).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline