Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Melihat Kehidupan lewat Sepak Bola

Diperbarui: 31 Agustus 2019   23:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Detik.com

Jika kita hanya sekilas membaca judul di atas, mungkin Anda akan merasa judul ini "lebay", karena sepak bola hanyalah sebuah olahraga, sama sekali tak sebanding dengan kehidupan (secara umum) yang sungguh kompleks. Hanya saja, sepakbola justru menjadi satu olahraga yang mampu menjadi gambaran sederhana kehidupan, khususnya dalam konteks peran.

Mengapa bisa begitu?

Bicara soal sepak bola, kebanyakan orang cenderung gemar "menempatkan" posisi di lini serang (gelandang serang dan penyerang) sebagai peran "protagonis", karena mereka selalu berusaha menyerang dan mencetak gol sebanyak-banyaknya.

Perspektif ini muncul karena "mencetak gol" dianggap sebagai bagian paling penting dan menyenangkan di olahraga satu ini.

Tak heran, banyak orang berlomba-lomba memperebutkan tempat utama di area ini, meski peluangnya relatif terbatas. Tentunya ini wajar, karena perspektif "peran protagonis" di posisi menyerang membuat pemain yang memilih posisi ini akan berada di "jalan terang".

Maklum, posisi lini serang tak pernah luput dari "spotlight". Akan ada banyak puja-puji bermunculan, jika satu gol berhasil dicetak, apalagi jika gol itu adalah gol kemenangan.

Untuk kasus ini, sosok Eder menjadi contoh menarik. Pada turnamen Euro 2016, ia hanya penyerang pelapis dalam tim yang diperkuat Cristiano Ronaldo. Tapi, ia langsung naik kelas menjadi legenda Timnas Portugal, berkat gol tunggal kemenangan yang dicetaknya ke gawang Timnas Prancis di final.

Alhasil, posisi di lini pertahanan (gelandang bertahan, bek, dan kiper) mendapat cap sebagai "peran antagonis", karena mereka lebih banyak bertugas sebagai "pencegah" terciptanya gol. Ironisnya, jika mereka bermain bagus, mereka akan lebih banyak mendapat kejengkelan (khususnya dari pihak suporter lawan atau para pemuja sepak bola menyerang).

Padahal, mereka hanya berusaha untuk main sebaik mungkin demi tim. Seperti halnya pemain menyerang, pemain bertahan juga selalu berusaha untuk main sebaik mungkin. Meskipun, segudang aksi penyelamatan, tekel bersih atau blok sukses yang mereka lakukan, bisa langsung terhapus oleh satu kesalahan yang dilakukan, sekalipun itu sama sekali tak disengaja. 

Untuk kasus ini, kita tentu ingat pada sosok Loris Karius. Dalam perjalanan Liverpool menuju final Liga Champions musim 2017/2018, ia membuat sejumlah penyelamatan krusial plus clean-sheet. Tapi, sepasang blunder fatal yang dibuatnya di laga puncak membuatnya jadi pesakitan. Ia dianggap sebagai biang kerok kekalahan 1-3 Liverpool atas Real Madrid saat itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline